Strategi Pembelajaran konstektual

Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Menurud KBBI, strategi adalah langkah-langkah untuk mengarahkan, mengembangkan, menciptakan dan bukan semata menerima warisan budaya. 

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dan secara harfiah, kontekstual berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana, dan keadaan konteks”.

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Jumadi, 2003:1).

Menurut Suprijono, pendekatan pembelajaran kontekstual atau Contexstual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari, dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Sehingga, proses belajar tidak hanya berpengaruh pada hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran, namun memberikan kebermaknaan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat dalam konteks dunia nyata peserta didik.
Jhonson, mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Hal ini berarti, bahwa pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.
Sedangkan Sanjaya mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh, untuk dapat memahami materi yang dipelajari, dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Berdasarakan definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual ini menerapkan pembelajaran yang berbasis pada konsep belajar yang mengaitkan pembelajaran dengan situasi dunia nyata. Pembelajaran ini membantu, siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan nyata.

A. Metode Pembelajaran Kontekstual
Metode pemebelajaran dapat diartikan sebagai cara yang di gunakan untuk mengimplestasikan renacana yang sudah di susun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaraan. Metode pembelajaran merupakan prosedur atau langkah-langkah yang di gunakan oleh guru untuk mencapai pembelajaran. Menurut Abdurahaman Ginting metode pembelajaran adalah cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainya supaya terjadi proses pembelajaran pada diri siswa.
Metode Pembelajaran dalam kegiatan belajar memiliki fungsi tertentu. Menurut Sayful Bahri Djamarah dan Aswan Zain fungsi metode pembelajaran diantaranya:
1.    Metode pembelajaran merupakan sebagai alat motivasi ekstrinsik
2.    Metode pembelajaran sebagai strategi pembelajaran
3.    Metode pembalajaran sebagai alat untuk mecapai tujuan pembelajaran
Tujuan metode pembeljaran adalah untuk membantu mengembangkan kemampuan siswa secara individu sihingga mampu menyelesaikan masalahnya.adapun beberapa tujuan metode pembelajaran sebagai berikut:
1.    Untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan sehingga dapat mengatasi permasalahannya dengan terobosan solusi alternative
2.    Untuk membantu proses belajar mengajar sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat di lakukan dengan cara terbaik
3.    Agar proses pembelajaran dapat berjalan dalam suasana menyenangkan dan penuh motivasi sehingga materi pembelajaran lebih mudah di mengerti oleh siswa.
Metode pembelajaran merupakan cara atau teknik yang dilakukan oleh seorang tenaga pengajar untuk mencapai pembelajaran yang maksimal. Dengan metode pembelajaran seorang tenaga pengajar harus mempunyai teknik supaya para peserta didik nyaman di kelas dan semangat dalam melaksanakan pembelajaran. Bentuk aplikasi metode pembelajaraan diantaranya yaitu:
1.    Mata pelajaran
2.    Standar kompetensi
3.    Kompetensi dasar
4.    Alokasi waktu
5.    Materi pembelajaran
6.    Metode pembelajaran
Dengan bentuk aplikasi diatas seorang teanga pengajar harus menyusun bagaimana cara supaya seorang pesarta didik mampu menerima pembelajaran yang di laksanakan di dalam kelas.adapun metode pembelajaran kontekstual biasanya seorang guru menggunakan metode diskusi. Metode diskusi digunakan ketika guru tersebut telah memberikan sebuah tugas kelompok kepada murid, setelah itu murid tersebut mempresentasikan hasil kelompok engan jalan diskusi.

B. Pola Pembelajaran Kontekstual
Untuk mencapai kompetisi yang inginkan dengan menggunakan CTL (Contextual Teaching and Learning ) guru dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Pendahuluan
·      Guru menjelaskan kompetensi yang haru dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi peljaran yang akan dipelajari
·      Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL, yaitu:
(i)        Tiap siswa di bagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa yang ada
(ii)      Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi. Contohnya, kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional, dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasa swalayan, ini untuk mata pelajaran Ekonomi anak IPS. Contoh lain yaitu tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 ditugaskan untuk melakukan observasi ke candi Hindu, dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke candi Budha, ini untuk mata pelajaran sejarah anak IPS.
(iii)    Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang itemukan I tempat-tempat tersebut.
·      Guru melakukan Tanya-jawab sekitar tugas yng harus dikerjakan oleh setiap siswa.
a.        Inti
Inti dari pembelajarn yang dilakukan dengan cara observasi yaitu siswa dapat melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok, dapat mencatat hal-hal yang mereka temukan di tempat observasi tersebut. Kedua inti tersebut masuk kedalam inti lapangan. Adapun untuk inti didalam kelas yaitu siswa dapat mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompok msing-masing, setiap kelompok dapat melaporkan hasil diskusi, dan setiap kelompok dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
Selain itu inti pembalajaran ini tidak lepas dari kendali guru. Dengan bantuan guru, siswa membuat kesimpulan hasil observasi sekitar masalah sesuai dengan indicator hasil belajar yang harus dicapa. Serta guru mnugaskan siswa untuk membuat kary tulis tentang pengalaman mereka dengan tema masing-masing kelompok.

C. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Menurut Wina Sanjaya (2009) dan Agus Suprijono (2010) pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching And Learning) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yakni Konstruktivisme (Constructivism), Menemukan (Inquiry), Bertanya (Questioning), Masyarakat belajar (Learning Community), Pemodelan (Modeling), Refleksi (Reflection), dan Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment). Adapun uraian tujuh komponen tersebut adalah :
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme yaitu suatu kegiatan dimana siswa membangun pengetahuan sedikit demi sedikit dari pengetahuan yang dimiliki siswa, diharapkan siswa belajar bukan hanya menghafal tetapi melalui pengalaman sehingga akan lebih bermakna. Menurut Konstruktivisme, pengetahuan memang berasal dari luar tetapi dikonstruksi dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut.
“Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman” (Sanjaya, 2005:118). Pembelajaran melalui CTL (Contextual Teaching and Learning) pada dasarnya mendorong agar siswa dapat merekonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman nyata yang dibangun oleh siswa yang belajar.
b. Menemukan (Inquiry)
Inquiry artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan proses berfikir secara sistematis. Secara umum proses inquiry dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu
1. Merumuskan masalah
2. Mengajukan Hipotesis
3. Mengumpulkan data
4. Menguji Hipotesis
5. Membuat kesimpulan
c. Bertanya (Questioning)
Bertanya adalah bagian dari inti belajar dan menemukan pengetahuan. Dengan adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapat berkembang. Dalam pembelajaran model CTL (Contextual Teaching and Learning) guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan atau menyimpulkan jawabannya sendiri. Dengan demikian pengembangan keterampilan guru untuk mengembangkan teknik-teknik dalam bertanya sangat diperlukan.
Menurut Sanjaya (2009:266) dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk :
1. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan pembelajaran.
2. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
3. Merangsang keinginan siswa terhadap sesuatu.
4. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
5. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
d. Masyarakat belajar (Learning Community)
Masyarakat Belajar didasarkan pada pendapat Vygotsky, bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan orang lain untuk saling membutuhkan. Dalam model CTL (Contextual Teaching and Learning) hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru. Dengan demikian asas masyarakat belajar dapat diterapkan melalui belajar kelompok, dan sumber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang sesuatu yang menjadi fokus pembelajaran.
e. Pemodelan (modeling)
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Sebagai contoh, membaca cerita, membaca lafal, mrmbaca teks, mengoperasikan instrumen, semuanya ini memerlukan contoh agar siswa dapat melakukan dengan benar. Dengan demikian pemodelan merupakan asas penting dalam membaca melalui CTL, karena melalui CTL (Contextual Teaching and Learning) siswa dapat terhindar dari verbalisme.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengethaui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaian ini berguna untuk mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan siswa baik intelektuan, mental maupun, psikomotorik.
CTL (Contextual Teaching and Learning) lebih menekankan pada proses belajar dari pada sekedar hasil belajar. Oleh karena itu penilaian ini dilakukan terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan dilakukan secara integritas. Dalam CTL (Contextual Teaching and Learning) keberhasilan pembelajaran tidak hanyak ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi ditentukan dari perkembangan seluruh aspek.
g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
“Penilaian Otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuian pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai” (Majid, 2007:186).

D. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi Pembelajaran Kontekstual diantaranya sebagai berikut:
a.    Pemecahan masalah, penyajian masalah yang nyata kepada siswa bertujuan agar siswa berfikir secara kritis dalam rangka mencari dan menemukan pemecahannya melalui berbagai sumber belajar.
b.    Kebutuhan pembelajaran terjadi diberbagai konteks, misalnya rumah, masyarakat, dan tempat kerja. Bagaimana dan dimana siswa memperolah dan memunculkan pengetahuannya menjadi sangat berarti dan pengalaman belajarnya ini akan diperkaya jika mereka mempelajari berbagai macam keterampilan di dalam konteks lain yang bervariasi (rumah, keluarga, masyarakat, tempat kerja dan sebagainya).
c.    Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa, sehingga menjadi pembelajar yang mandiri (self regulated learner) untuk selanjutnya menjadi pembelajar sepanjang hayat (life long education) yang mampu mencari, menganalisa dan menggunakan berbagi macam informasi.
d.   Kondisi siswa sangat heterogen dalam hal nilai, adat istiadat, sosial, dan perspektif. Perbedaan tersebut dimanfaatkan sebagai pendorong dalam belajar sekaligus akan menambah dalam kompleksitas pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu siswa mampu menghargai perbedaan dan memperluas perspektifnya serta membangun keterampilan interpersonal (berfikir melalui berkomunikasi dengan orang lain).
e.    Mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya dan bersama-sama dengan saling ketergantungan (interdependent learning group). Kenyataan setiap orang selalu hidup dalam kebersamaan yang saling mempengaruhi dan berkontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain.
f.     Menggunakan penilaian autentik (authentic assessment), artinya penilaian sejalan dengan proses pembelajarannya bahwa pembelajaran telah terjadi secara menyatu dan memberikan kesempatan dan arahan kepada siswa untuk maju dan sebagai alat kontrol untuk melihat kemajuan siswa dan umpan balik bagi pembelajaran.
Center for Occupational Research and Development (CORD) menawarkan strategi dengan istilah REACT:
a.    Relating, yaitu belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b.    Experiencing, yaitu belajar ditekankan pada penggalian (exploration), Penemuan (discovery), dan penciptaan (invention)
c.    Applying, yaitu belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam konteks pemanfaatannya.
d.   Cooperating, yaitu belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian dan pemaknaan bersama.
e.    Transfering, yaitu belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru.
Lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual:
a.    Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).
b.    Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
c.    Pemahaman pengetahuan baru (understanding knowledge) yaitu dengan cara:
a)    Menyusun konsep sementara (hipotesis)
b)   Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan (validasi) dari orang lain.
c)    Melakukan revisi dan mengembangkan konsep.
d.   Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (appliying knowledge).
e.    Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi dari metode pembelajaran kontekstual adalah relating, experiencing, transfering, cooperating, applying. Strategi tersebut dapat digunakan oleh pendidik untuk diaplikasikan kepada peserta didik.

Komentar