Strategi pembelajaran keterampilan

Strategi Keterampilan

Strategi pembelajaran adalah suatu rencana dan cara mengajar yang akan dilakukan guru dengan menetapkan langkah-langkah utama mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai dan telah digariskan. 

Strategi pembelajaran juga bisa diartikan sebagai serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran(Zakky, 2020).

Metode RQA

Nah strategi ini lahir dari kenyataan bahwa peserta didik kurang antusias bahkan tidak pernah membaca materi yang akan disampaikan pendidik pada pertemuan selanjutnya. 

Dari kurangnya minatnya informasi yang diperoleh dari membaca ini, menimbulkan kurangnya pemahaman terhadap materi yang diberikan oleh pendidik. 

Penggunaan strategi RQA dapat memndorong peserta didik untuk membaca materi yang ditugaskan sehingga pemahaman terhadap materi belajar bisa meningkat.

Berdasarkan penjelasan tersebut,Strategi RQA Berhasil mendorong peserta didik untuk rajin membaca materi yang ditugaskan, peserta dapat tahu isi dari materi belajar yang ditugaskan serta dapat menemukan point point penting dalam materi yang dibaca tersebut. 

Strategi pembelajaran RQA juga mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan pengalaman belajar yang mereka dapatkan, serta mampu meningkatkan kemampuan berpikir awal siswa terhadap materi sehingga berdampak baik pada hasil belajar khususnya hasil belajar

Hasil penelitian Hasanuddin menyatakan bahwa perkuliahan melalui strategi pembelajaran Reading Questioning and Answering (RQA) yaitu diberi tugas membaca, membuat pertanyaan dan jawaban yang bersifat substansial, mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dan keaktifan belajar mahasiswa pada perkuliahan Anatomi Tumbuhan. Mahasiswa juga memiliki bekal yang lebih siap untuk mengikuti pembelajaran.

Hasil penelitian Haerullah menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran Reading Questioning and Answering (RQA) dapat meningkatkan kemampuan metakognitif siswa pada pelajaran. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran RQA dalam pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka secara mandiri melalui pengalaman belajar sehingga meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan aktif dalam proses belajar-mengajar. Hal ini diyakini dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada pelajaran (Fitria, 2016)

Melalui RQA diharapkan dapat menumbuhkan kebiasaan peserta didik untuk  aktif membaca yang berdampak pada peningkatan kemampuan dalam mengontruksi pengetahuan dari pengetahuan awal yang diperoleh dari membaca sehingga melatih siswa untuk bisa berpikir kritis yang berdampak baik pada hasil belajar.(Bahri, 2016)

Metode TPS (Think Pair Share)

Pengertian think pair share yaitu Think merupakan berpikir secara individual dimana siswa diberi kesempatan untuk berpikir mengenai jawaban mereka. Dimana siguru memberi sebuah pertanyaan atau menyajikan sebuah permasalahan dengan materi pelajaran dan meminta siswa untuk memikirkan pertanyaan atau permasalahan tersebut, Pair yaitu berpasangan dengan teman, maksudnya siswa akan diminta berpasangan bersama temannya untuk berdiskusi mengenai hasil dari jawaban mereka. Dengan interaksi ini, siswa diharapkan dapat berbagi jawan atau ide dan pendapat mengenai sebuah permasalahan, dan Share atau berbagi yaitu hasil jawaban siswa akan dibagikan kepada pasangan lainnya. Hal ini bertujuan agar semua kelompok lebih memahami mengenai masalah dan cara penyelesaiannya. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagai jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan dan suatu persoalan telah diidentifikasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Think Pair Share merupakan suatu pembelajaran yang berguna untuk mempengaruhi pola interaksi para siswa. Model think pair share atau berpikir berpasangan pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan teman-temannya di Universitas Maryland pada tahun 1997. Model think pair and share sangat efektif untuk membuat pola pembelajaran menjadi lebih bervariasi.
Menurut Ni Luh Harumini, Dewa Nyoman Sudana, I Dewa Kade Tastra dalam kutipan Usman bahwa (2017:4)Think Pair Share merupakan sebuah strategi pembelajaran, yang dikembangkan oleh Lyman, untuk meningkatkan partisipasi siswa di dalam kelas. Ia juga menjelaskan bahwa Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang didesain dalam meyiapkan siswa untuk memikirkan sebuah topik dengan membiarkan siswa membangun ide mereka secara individu, kemudian membagi ide tersebut dengan siswa lain di kelas. Model pembelajaran Think Pair Share ini sangat mudah untuk diterapakan.
Hasil dari penerapan model pembelajaran Think Pair Share yang didapatkan oleh siswa yaitu lebih efektif dalam proses peningkatan motivasi belajar dan mampu memumupuk kerja sama dengan siswa lain sehingga menghasilkan interaksi antara siswa dengan siswa lain. Selain itu juga dengan model pembelajaran Think Pair Share guru bisa melihat sejauh mana pola pemikiran siswa ketika diberikan tugas oleh guru. Disisi lain juga proses pembelajaran ini dapat memperbaiki rasa percaya diri kemudian siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi didalam kelas.
B.     Metode PBS (Problem Based Learning)
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model yang bercirikan adanya permasalahan nyata  seebagai konteks untuk para peserta didik belajar  berpikir kritis dan keterampilan memecahakan masalah serta memperoleh pengetahuan (Aris shoimin:2014:130)
        Dari definisi diatas maka dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning menjadi sebuah pendekatan beberapa yang berusaha menerapkan masalah yang terjadi didunia nyata  sebagai konteks  bagi para siswa dalam berlatih bagaimana cara berpikirkritis dan mendapatkan ketermpilan dalam memecahkan masalah serta tidak terlupakan untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus konsep yang penting dari  materi ajar yang di bicarakan.
Karakteristik PBL (problem based learning)
  Karakteristik PBL (problem based learning) antara lain sebagai berikut:
1.         Permasalahan menjadi starting poin dalam belajar .
2.         Permasalahan yang diangkat ada didunia nyata yang tidak terstruktur.
3.         Permasalahan membutuhkan prstektif ganda.
4.         Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik sikap dan kompetensi yang kemudian mmebutuhkan identifikasi kebutuhan belajaran dan bidang baru dalam mengajar.
5.         Belajar pengarahan diri menjadi  hal utama.
6.         Pemanfaatan summber pengetahuan yang beragam, pengunaannya, dan evaluasi sumber imformasi yang esensial dalam PBL.
7.         Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooferatif.
8.         Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama dengan penguasaan isi pengetauan untuk mencari solusi dari  sebuah permmaslaahan.
9.         Keterbukaan prosesdalam PBL meliputi sintesis dan intergasi dari sebuah proses belajar.
10.     Melewatkan evaluasi dan review pengalaman peserta didik dan proses belajar.
       

  Tujuan PBL (Problem Based Learning)
Beberapa pakar telah mmerumusan berbagai tujuan seorang diantaranya menurut branda (1986).
a.          Mengembangkan kompetensi dalam PBL
b.         Mengembangkan kompetensi dalam pemechan masalah (problem solping)
c.          Mengembangkan kompetensi dalam belajar mandiri (self –directed learning)
d.        Mengembangkan kompetensi dalam belajar kelompok kecil (small  group learning)
e.          Mengembanhkan kemampuan dalam berpikir  kritis (kritical thinking)
f.          Mengintegrasikan bagian-bagian yang beberpa dalam kurikulum
g.         Menyidentifikasi dengan menelaah ilmu lain diluar kurikulim. ((Dasar, Tinggi, & Indonesia, 2012.7)

Pada proses pembelajaran di kelas guru masih menjadi pusat pembelajaran atau bisa disebut teacher centered  sehingga siswa menjadi tidak aktip. Contoh pada kelas xi ips 2 dengan jumlah siswa sebanyak 33 hanya 2 sampai 5 siswa yang bertanya dalam proses pembelajaran. Prose permasalahan lain yang muncul pada saat proses pembelajaran diketahui bahwa siswa belum percaya diri untuk bertanya kepada guru merekamemilih untuk bertanyakepada temanya. Siswa yang mampu yang mengungkapkan penadapatnya dan mampu menanggapi pertanyaan dari guru hanya 5 sampai  7orang itupun harus diberi  terlebih dahulu umpan terlebih dahulu oleh  guru. Siswa yang ampu mennggapi pertanyaan dari guru rata-rata hanyasiswa tertentu  saja ketika guru memberikan beberapa pertanyaan kelas menjadi gaduh. Dengan jumlah siswa yang banyak cukup menyulitkan guru dalam mengatur dan mengendalikan kelas
        Berdasarkan permasalahan yang terkait dari hasil belajar yang rendah dalam proses pembelajaran masih terpusat pada guru, maka harus segera di atasi salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk  meninggkatkan kualitas dalam pembelajaran adalah dengancara memilih model pembelajaran  yang sesuai  dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran. (Astina, 2018.159)
C.    Metode Inkuiri Terbimbing
Inkuiri merupakan bahasa yang berasal dari inggris yaitu inquiry, dan dapat diartikan sebagai proses bertanya atau mencari tahu jawaban terhadap suatu pertanyaan. Pada dasarnya inkuiri adalah cara menyadari apa yang telah dirasakan atau dialami karena inkuiri ini menuntut agar peserta didik untuk berpikir. Dalam metode ini menempatkan peserta didik untuk melibatkan intelektualnya dalam memecahkan suatu masalah.
Pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri terbimbing juga merupakan kegiatan yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu pertanyaan. (Kristanto & Susilo, 2015:202). Namun pada metode ini meskipun proses intelektualnya terhadap peserta didik tetap saja gurulah yang membuat desaind dan pengendalian terhadap metode ini.
Inkuiri sebagai aktivitas yang beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui. Ciri pembelajaran model inkuiri terbimbing yaitu:
1.      Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan artinya menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2.      Seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self-belief), artinya dimana guru hanya sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa, yang dilakukan dengan proses tanya jawab.
3.      Mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, artinya siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Adapun langkah-langkah inkuiri terbimbing :
1.      Orientasi. Merupakan langkah untuk membuat peserta didik menjadi peka terhadap masalah dan dapat merumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian.
2.      Rumusan hipotesis. Digunakan sebagai pembimbing atau pedoman di dalam melakukan penelitian.
3.      Definisi. Merupakan penjelasan dan pendefinisian istilah yang ada di dalam hipotesis.
4.      Eksplorasi. Dilakukan dalam rangka menguji hipotesis dalam kerangka validasi dan pengujian konsistensi internal sebagai dasar proses pengujian.
5.      Pembuktian. Dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersangkut paut dengan esensi hipotesis.
6.      Perumusan generalisasi. Yaitu menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik dalam pemecahan masalah.

Komentar

Posting Komentar