Starategi pembelajaran afektif

Pengertian Afektif

Afektif merupakan karakteristik yang mencakup motivasi, inisiatif, empati, kejujuran, optimisme, rasa hormat dan rasa percaya diri, sedangkan pembelajarannya berkaitan dengan identifikasi, explorasi, dan modifikasi dari perasaan, sikap, dan nilai yang dimiliki oleh peserta didik.

Strategi Pembelajaran Afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, melainkan juga sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam.

Kemampuan aspek afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang berupa tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri.

Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang tepat. Dalam pengertian lain disebutkan bahwa ranah afektif sangat mempengaruhi perasaan dan emosi.

Pembelajaran ini sangatlah penting dikarenakan pada dasarnya tiap peserta didik memiliki kepribadian yang berbeda dan memiliki nilai yang berbeda mengikuti pengaruh yang dia dapat dari lingkungan disekitarnya.

Sehingga apabila ada tingkah laku atau sikap dari peserta didik yang kurang baik maka dapat dibentuk dan dimodifikasi sedemikian rupa agar bersikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Selain pembelajaran afektif yang didapat dari pendidik, keluarga serta masyarakat banyak juga harus ikut andil agar dapat membentuk dan menjaga sikap yang dimiliki peserta didik agar tetap berjalan baik sehingga anak dapat tumbuh menjadi dewasa dan berkarakter nantinya.

Pendidikan nilai

Dalam pembelajaran afektif ini pendidikan nilai sangat berhubungan, karena nilai memiliki peranan penting dalam proses belajar dan mengajar.

Dengan menekankan aspek nilai ini diharapkan akan lahir peserta didik yang memiliki kepekaan tinggi terhadap apa yang diperbuatnya, dan seorang pendidik akan mengetahui karakter masing-masing peserta didik salah satunya dengan menggunakan rekapitulasi nilai untuk memahami karakter peserta didik tersebut.

Pendidikan nilai dapat juga dimaknai sebagai proses bimbingan melalui suritauladan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang didalamnya mencakup nilai agama, budaya, estetika dan etika menuju pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan baik dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Secara garis besar nilai dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Contohnya kejujuran, keberanian, cinta damai, disiplin, dsb.

Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikan atau diberikan yang kemudian akan diterima kembali.

Contohnya setia, dapat dipercaya, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik hati, dsb. Pendidikan nilai membantu individu mengenal akan hal yang baik (knowing the good), lebih dari itu Pendidikan nilai harus mampu pula mengarahkan kebaikan (desiring the good) dan akhirnya melakukan kebaikan (acting the good).

Proses pembentukan Sikap dalam pembelajaran Afektif

Pemikiran bisa jadi sikap kalau memenuhi prilaku yang melibatkan perasaan dan emosi. Tapi sebelum terbentuknya sikap seseorang itu harus melewati beberapa proses

Pola pembiasaan
Steven Coley mengungkapkan bahwa awalnya manusia yang membentuk kebiasaan, namun selanjutnya manusia yang dibentuk oleh kebiasaannya.

Sebenarnya guru dapat menanamkan sikap kepada siswa melalui proses pembiasaan ini.

Dalam penanaman sikap ini tergantung juga dengan sikap guru terhadap siswa tersebut.

Pola Modeling
adalah proses pencontohan atau peniruan. Patokan untuk ditiru siswa tersebut sesuai dengan tokoh yang diidolanya atau dihormatinya.

Pada hakikatnya perubahan itu meliputi
  1. Perubahan belajar ditentukan melalui proses
  2. Perubahan ditentukan pribadi
Model-Model Strategi Pembelajaran Afektif
  • Model Konsiderasi (siswa dituntut membentuk pribadinya)
  • Model Pengembangan Kognitif (siswa ngambil nilai positif )
Teknik Klarifikasi Nilai
  • Penentuan stimulus secara dilematis
  • Penyajian stimulus dengan peragaan
  • Penentuan individual dan kelompok
  • Diskusi dan argumen
  • Penyimpulan dan pengarahan
  • Tindak lanjut dengan perbaikan dan penerapan
Pengembangan moral Kognitif
  • Memberikan dilema moral terhadap peserta didik
  • Mendiskusikan dan menganalisis suatu tindakan
  • Mencari alternatif dari suatu tindakan
Kelebihan Afektif
  • Mengembangkan pikiran kedalam
  • Menyeimbangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
  • Membentuk karakter, mental , dan mental dan sikap peserta didik
  • Mengembangkan potensi peserta didik
Kelemahan Afektif
  • Tidak dapat dievaluasi dengan pasti
  • Dibutuhkan waktu lama untuk membentuk sikap dan karakter
  • Sulitnya mengatur perilaku seseorang karena banyaknya faktor yang mempengaruhi
  • Kurikulum yang ada selama ini berfokus kepada masalah intelektual dan mengenyampingkan moral

Komentar