Historiografi Nasional Part III

Masih lanjutan bagian sebelumnya.. mari kita membaca bersama-sama.....😀

Pertama-tama .... Menurut pakar antropologi, Pertti J. Pelto , musti dibedakan antara teknik-teknik riset dengan metodologi.

Menurut Pelto " methodology denotes the 'logic-in-use' involved in selecting particular obsevational techniques, assessing their yield of data,  and relating these data to theoritical propositions.

Diatas telah dijelasin bahwa metodologi itu berkaitan erat dengan masalah teori. Teori dalam disiplin sejarah disebut "kerangka referensi."

Nah... Kerangka Referensi terkadang disebut  "skema referensi" atau presuposisi atau personal equation" merupakan suatu perangkat kaedah yang memandu sejarawan dalam menyelidiki masalah yang akan diteliti, dalam menyusun bahan-bahan yang telah diperolehnya dari analisis sumber, dan juga dalam mengevaluasi hasil penemuannya.

Berikut 4 hal tentang "Kerangka referensi  (KR) " menurut Sidney Hook:

  1. KR : hipotesis yang menjelaskan faktor atau faktor" yang dapat menentukan terjadinya suatu situasi sejarah
  2. KR : menentukan hipotesis mana yang harus diseleksi oleh sejarawan, dan kadang-kadang juga seleksi mengenai jenis masalah sejarah yang hendak ditelitinya.
  3. KR: menunjukan lingkup (scope) minat sejarawan, misalnya, sejarah sosial, intelektual atau sejarah politik.
  4. KR: filsafat hidup atau nilai yang dianut sejarawan yang tercermin dalam karyanya.
Nah ada hal yang menarik yaitu  Prof Sartono tidak pakai nama kerangka referensi tapi menggunakan "kerangka analisis" untuk menjelaskan pendekatan yang dipakainya. 

Sejarawan Amerika berbeda lagi nih.. Robert F. Berkhofer Jr. make istilah "kerangka konseptual". 

Kerangka Referensi aliran pemikiran perspektif, orientasi, atau pendekatan adalah wujud yang sangat umum yang didalamnya biasanya di kelompokan sebagian wawasan-wawasan teoritis yang relevan dalam ilmu-ilmu sosial. 

Fungsi teori dalam disiplin sejarah seperti yang dikemukakan oleh Social Science Research Council (SSRC) di New York dalam sebuah laporan Panitia Historiografi, sungguh sama dengan yang terdapat dalam disiplin-disiplin lain, yaitu untuk mengidentifikasi masalah ynag hendak diteliti, menyusun kategori-kategori untuk mengorganisasi hipotesis-hipotesis yang melaluinya berbagai macam interpretasi data dapat di uji, dan memperlihatkan ukuran-ukuran atau kriteria yang dijadikan dasar untuk membuktikan sesuatu.

Teori tidak dapat memberiakan "jawaban" kepada peneliti, akan tetapi teori dapat membekali peneliti dengan petanyaan-pertanyaan ynag dapat diajukannya terhadap fenomena yang hendak ditelitinya. 

Dalam karyanya Protest Movement in Rural Java (1973) Sartono mempergunakan sebahagian kerangka analisis yang pernah dikemukakan oleh Henry A Landsberger dalam " The Role of Peasant Movement and Revolt in Development, and Analitical Framework , dalam Henry A Landsberger (ed) Latin American Peasant Movement (1968) untuk memahami asal usul, perkembangan, dan akibat-akibat pergerakan yang bersifat protes sosial.

Dalam semua kasus multiplisitas faktor-faktor harus dikaji dan fenomena keresahan sosial hanya dapat dijelaskan melalui kombinasi sebab-sebab yang terpisah.

Aspek-aspek analisis yang merupakan kerangka penelitian beliau adalah

  1. Struktur ekonomi politik pedesaan Jawa di abad XIX dan abad XX 
  2. Basis massa pergerakan sosial 
  3. Kepemimpinan pergerakan-pergerakan sosial
  4. Ideologi-ideologi pergerakan
  5. dimensi kultural yang bersifat mendorong pergerakan sosial (cultrural conduciveness)
Dari sembilan butir yang dikemukakan oleh Landsberger hanya empat yang diambilnya adalah
  1. Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadiannya
  2. Sekutu-sekutu dan musuh gerakan tani
  3. Cara-cara aksi gerakan tani
  4. gerakan sebagai organisasi
  5. Pemikiran tentang berhasil serta gagalnya gerakan tani dan sebab-sebabnya.

sebuah pendekatan lain adalah pendekatan yang saya lakukan dalam kajian mengenai peperangan yang berlangsung antara kerajaan Aceh melawan kerajaan Belanda 1873-1912.

Dalam buku yang diberi judul Perang di Jalan Allah (1987) saya melakukan pendekatan eklektik dengan mempergunakan teori pakar sosiologi Amerika, Neil J Smelser, yang dikemukakan dalam bukunya Theory of Collective Behavior (1962)

Bila para sejarawan Indonesia ada yang berminat untuk menulis tentang PRRI/Permesta misalnya, maka sebagai kerangka konseptual dalam analisisnya mereka dapat mencoba memahami teori yang pernah dikemukakan oleh Harry Eckstein dalam History and Theory, IV, 1965. 

Teori Eckstein "On the Etiology of Internal Wars" rasanya sesuai untuk memberikan eksplanasi terhadap fenomena sejarah seperti itu.

Salah satu buku yang lebih menitikberatkan pada masalah metodologi daripada persoalan metode yang dikarang oleh Robert F Berkhofer, Jr. dengan judul A Behavioral Approach to Historical Analysis (1971), eloklah dikemukakan dalam karangan ini. 

Buku mengenai metodologi ini menarik, bukan hanya karena di tulis oleh seorang sejarawan, akan tetapi juga karena isinya termasuk dalam arah gejala mutakhir dalam historiografi.

Thomas C.Cochran, sejarawan terkemuka Amerika mengakui bahwa Berkhofer lebih berhasil daripadanya dalam mengemban misi untuk menyajikan pendekatan baru dalam studi sejarah dengan kemampuan luar biasa untuk mengetengahkan eksposisi teori secara jelas dan amat menarik.






Komentar