Indische Partij (Partai Hindia) memperjuangkan kaum pribumi



Thread kali ini penulis akan membahas tentang Indische Partij. Nah, bahasan tentang Indische Partij ini seharusnya dipelajari di pertemuan ke 8 bersama Pa Alex, namun karena ada virus Korona, pembelajaran dialihkan ke pembejaran online.

Langsung saja ke pembahasan 

Apa Itu Indische Partij ???
Mengutip dari Poesponegoro (1993:185) Indische partij adalah sebuah organisasi pendukung revolusi nasional yang menentang diskriminasi terhadap orang-orang Belanda totok dan kaum Indo. 

Kapan berdirinya ???
Indishe Partij berdiri 4 tahun setelah adanya Budi Utomo tepatnya pada tanggal 25 desember 1912. 

Siapa pendirinya?
Orang yang menggagas berdirikannya Indishe Partij adalah E.F.E Douwes Dekker atau yang lebih populer dikenal dengan nama Danuardja Setyabuddhi. Douwes Dekker bersama Tjpto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara mendirikan Indishe Partij dan berpisah dari Indische Bond yang didominasi orang Eropa.

Douwes Dekker berpendapat bahwa nasib masyarakat Hindia Belanda ( Indonesia) yang tertindas akibat kolonisasi tidak ditentukan oleh pemerintah kolonial tetapi dalam bentuk kerja sama dengan penduduk Indonesia lainnya. Pendapat-pendapat Douwes Dekker ini dituliskan propaganda berupa karangan-karangan yang mengkritik supremasi ras Londo.

Karangan-karangan beliau yang terkenal adalah Het Tiijdschrift dan De Express yang berisi propaganda meliputi
  • Program Hindia untuk gerakan politik sehat guna menghapuskan perhubungan kolonial. 
  • Menyadarkan golongan Indo dan penduduk Bumiputra bahwa masa depan mereka terancam bahaya eksploitasi kolonial.
Alat untuk melakukan perlawanan itu adalah membentuk suatu partij (Partai) yakni Indische Partij

Gimana perkembangan Indische Partij?
Awal perkembangan indische partij dimulai ketika Douwe Dekker melakukan perjalanan propaganda di pulau jawa dari 15 september- 3 oktober 1912. Didalam perjalanan itu ia bertemu dengan dokter Tjipto Mangunkusumo , yang kemudian saling bertukar mengenai corak partai yang berasas nasional. 

Di Bandung, Douwes dekker mendapat dukungan Suwardi Suryaningrat dan Abdul Muis yang saat itu telah jadi pemimpin SI cabang Bandung. Di Yogya, ia mendapat sambutan yang sangat baik dari anggota budi Utomo. Redaktur-redaktur surat kabar jawa tengah di Semarang dan Tjahaya Timur di Malang juga mendukung berdirinya Indische Partij. Begitu juga dengan di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur ynag sangat antusias dengan adanya Indische Partij. 

Bukti nyata adanya dukungan terhadap Indische Partij adalah dengan didirikannya 30 cabang dengan anggota 7300 orang yang berlatar Indo-Belanda. Sedangkan orang Indonesia berjumlah 1500 orang. 


Anggaran Dasar Indische Partij mulai disusun setelah diadakan permusyawaratan wakil-wakil daerah. "Tujuan Indische Partij adalah membangunkan patriotisme semua 'Indier' terhadap tanah air yang telah memberikan lapangan hidup kepada mereka, agar mereka mendapat dorongan untuk bekerja atas dasar kesetaraan ketatanegaraan untuk memajukan tanah air 'Hindia' dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang yang merdeka."Poesponegoro (1993:187)

Berikut adalaah cara-cara untuk mencapai tujuan AD Indische partij:
  • Menjaga rasa nasionalisme Hindia, mempelajari budaya Hindia, mendorong kepercayaan diri.
  • Memberantas hal-hal berbau SARA 
  • Memperjuangkan persamaan hak bagi seluruh rakyat Hindia
  • Mempertahankan negara dari serangan asing.
  • Memperbesar pengaruh pro-Hindia dalam pemerintahan. 
  • Memperbaiki ekonomi bangsa Hindia.
Indische Partij menjadi partai politik pertama di Hindia Belanda ( Indonesia) karena Indische Partij berdiri diatas dasar nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan Indonesia. Douwes Dekker menyampaikan bahwa Indische Partij adalah partai yang radikal yang melakukan penentangan perang dari pihak budak koloni yang membayar belasting pada kerajaan penjajah , pemungut pajak. Dengan adanya Indische Partij, pemerintah Belanda bersikap tegas.

Sikap tegas pemerintah Belanda dapat terlihat pada 4 maret 1913 , waktu itu ditandai dengan ditolaknya permohonan Indische Partij untuk mendapat pengakuan hukum. Alasan ditolaknya karena organisasi ini berdasarkan politik dan mengancam hendak merusak keamanan umum. Walaupun anggaran dasarnya telah diubah, namun Indische partij tetap dilarang. 

Ketika pemerintahan Hindia Belanda bermaksud untuk merayakan 100 tahun kemerdekaan kerajaan Belanda dari penjajahan Prancis, diBandung, dibentuk "Komite Bumi Putra". komite ini bermaksud untuk mengirim telegram ke Ratu Belanda yang berisi: permintaan pencabutan pasal III R.R (Reglement op het beleid der Regeering), dibentuknya majelis perwakilan rakyat dan ketegasan adanya kebebasan pendapat di negri jajahan.  

Suwardi Suryaningrat yang merupakan salah satu pimpinan komite Bumi Putra menulis risalah berjudul "Als ik een Nederlander was...". yang berisi sindiran tajam atas ketidakadilan di negeri jajahan. 

Berakhirnya Indische Partij. 
Seperti yang dijelaskan diatas, akibat dari adanya kritikan tajam dari Komite Bumi Putra menyebabkan Pemerintah Belanda menganggap bahwa partai ini berbahaya dan pemimpinnya harus diasingkan. Pada Agustus 1913 Douwes Dekker, dr. Tjipto Mangunkusomo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dengan dibuang ke Belanda. 

Dengan dibuangnya 3 pimpinan Indische Partij tersebut, membuat kegiatan Indische Parti semakin menurun. Kemudian berganti nama menjadi Partai Insulide. namun partai kalah populer dengan Sarekat Islam sehingga partai ini semakin lemah.



Pada tahun 1918, Douwes Dekker pulang dari Belanda, perannya tidak lagi berarti untuk menjaga keutuhan partai Insulide . Pada Juni 1919 berganti nama lagi menjadi Nationaal Indische Partij (NIP). Namun NIP tidak berpengaruh pada rakyat, sehingga NIP hanya menjadi perkumpulan-perkumpulan pelajar.

Kesimpulan

Indische Partij didirikan oleh Tiga Serangkai ( Douwes Dekker, dr. Tjipto Mangunkusomo dan Suwardi Suryaningrat) pada 25 desember 1912 yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme guna mencapai kemerdekaan. Partai ini dilarang oleh Belanda karena dianggap berbahaya. 3 tokoh pendirinya dibuang sehingga partai ini terhambat dan berganti nama 2 kali menjadi Partai Insulide dan NIP. NIP tidak populer di masyarakat sehingga anggotanya hanyalah pelajar. 


Sumber: Poesponegoro, Marwati Djoenud (1993) Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka

Komentar