Sarekat Dagang Islam

Tiga tahun setelah berdirinya Budi Utomo, pada tahun 1911 bagaikan sesuatu ynag kebetulan didirikanlah perkumpulan Sarekat Islam (SI) di Solo. Latar Belakang ekonomis perkumpulan ini ialah perlawanan dagang  antar penyalur oleh orang China.

Sungguhpun demikian kejadian ini merupakan isyarat bagi umat muslim bahwa tiba waktunya untuk menunjukan kekuatannya. Pada pendiri Sarekat islam mendirikan organisasinya tidak hanya semata-mata untuk mengadakan perlawanan terhadap orang-orang China, tetapi untuk membuat front melawan semua penghinaan terhadap orang-orang bumiputra.

Organisasi ini juga pada awalnya ingin melawan rencana Krestenings- politiek  atau politik peng-kristenan dari kaum zending, perlawanan terhadap kaum feudal pribumi dan Eropa. Adapun pokok dari organisasi ini adalah ingin melawan setiap bentuk penindasan dan kesombongan rasial.

Ada perbedaan menarik antara Budi Utomo dan Sarekat Islam ini yaitu anggota dari 2 organisasi ini sangatlah berbeda, kalau Budi Utomo anggotanya dari kaum priyayi, nah Sarekat Islam ini beranggotakan rakyat jelata atau kaum bawah juga.

Adapun AD atau Anggaran Dasar dari Sarekat Islam ini adalah : Mengembangkan jiwa berdagang; memberi bantuan kepada anggota-anggota yang kekurangan ; memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumiputra; menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama islam. Dari AD tersebut dapat disimpulkan bahwa Sarekat Islam ini bukanlah organisasi politik.

Walupun bukan organisasi politik, pergerakan SI seperti ingin membuat tujuan ketatanegaraan. selalu memperjuangkan keadilan dan kebenaran terhadap penindasan pemerintah Hindia Belanda. Maka tidak diragukan lagi, di era SI ini, tindakan revolusioner dengan gagah berani di galakan.

Tindakan dari SI yang cenderung revolusioner mengundang perhatian Pmerintahan Belanda tentunya, pemerintah Belanda sangat berhati-hati dalam menyikapi organisasi ini. Gubernur Idenburg meminta penasehat-penasehat dari pada residen untuk menerapkan kebijakan politiknya. Hasilnya adalah SI tidak boleh punya pengurus besar dan hanya lokal.

Catatan dari Suwardi Suryaningrat tahun 1917, akibat dari cara diplomatik yang dilakukan pemerintah kolonial, maka unsur perlawanan SI menjadi berkurang, bahkan semangatnya malah semangat atau pro ke Belanda.

D.M.G Koch menjelaskan bahwa ada 3 aliran dalam tubuh SI yaitu yang fanatik islam, yang menentang keras Belanda dan yang pro ke Belanda. Tapi bila ada rakyat yang ditindas, maka SI masih bersikap militan (sangat siap untuk berjuang). Hal itu menjadi dasar SI dinamakan "gerakan nasionalistis-demokratis-ekonomis".

Maka atas dasar menperjuangkan rakyat tersebut, SI disambut dengan sangat baik oleh masyarakat. Hal ini nampak di tahun 1917-1920 pengaruh SI sangatlah terasa dalam perpolitikan Hindia Belanda. Nah karna corak demkratis dan siap membantu kaum wong cilik, maka SI mulai di susupi ideologi Marxis. Terutama saat SI dipimpin oleh Semaun dan Darsono, kedua orang ini ingin mengubah alur SI ke arah teori perjuangan Marx.

Keingin untuk berhaluan Marxisme ini sangat di tentang H. Agus Salim dan Abdul Muis. berkat kedua tokoh tersebut, kaum Marxis dapat disingkirkan dari SI. Kemudian golongan kiri Marxis ini membuat SR (Sarekat Rakyat).

SR dan SI kemudian saling berebut pengaruh dan keduanya berhasil mendapat dukungan rakyat. Oleh karna itu pimpinan SI waktu itu H.O.S Tjokroaminoto , mengadakan studi perbandingan ajaran islam vs Marxisme . Bukunya terbit tahun 1924.

Akibat dari perpecahan SI ini, cita-cita SI mulai terabaikan , yang pada akhirnya SI diganti jadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) . Setelah wafat H.O.S Tjokroaminoto, otomatis SI menjadi mundur

Sumber : Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho.  (1984) : Sejarah Nasional Indonesia V . Jakarta : Balai Pustaka

Komentar