Peradaban Kartagho di Tunisia

Kapan Peradaban Kartagho dimulai?
Menurut legenda, Kartagho didirikan oleh ratu Fenisia yang bernama Ellissa ( lebih di kenal dengan Dido) sekitar tahun 813 SM. Pada awalnya, Kartagho dikenal dengan sebutan Kart-hadast, orang Yunani menyebut kota Karchedon, dan Romawi mengubahnya menjadi Karthago. 


Wilayah Kartagho
Sumber gambar : Wikipedia


Tujuan awal dibuatnya pelabuhan Kartagho ini adalah untuk tempat singgah para pedagang dan juga untuk memperbaiki kapal. Kartagho berkembang pesat menjadi kota yang kuat di Mediterania sebelum bangkitnya Roma.

Kota Perdagangan

Orang -orang Venesia mulai mendiami Kartagho pada abad 9 SM. 

Namun setelah kota Tirus di Fenisia ditaklukan oleh Alexander The Great tahun 332SM, orang-orang Tyrian melarikan diri ke kota Kartagho dengan membawa semua kekayaan mereka. Akhirnya kartago menjadi kota perdagangan baru yang ramai. 


Orang-orang Kartagho akhirnya mengusir orang-orang asli Afrika dan sebagiannya dijadikan budak. 

Pelabuhan Kartagho ini sangat besar dengan 220 dermaga, kapal kapal mereka banyak ynag berlayar ke semua pelabuhan di sekitar laut Mediterania, Mereka juga memiliki angkatan laut yang lumayan kuat sehingga bisa menaklukan daerah-daerah lain.

Perang Punisia 1

Perang Punisia ini adalah perang antara Kartagho dengan Roma. Perang ini terjadi di daratan pulau Sisilia dan Afrika Utara. 


Pemicunya adalah  perselisihan  Hiero II asal Syracuse dan Mamertines asal Messina. Syracuse berada di timur Sisilia, sedangkan Messina di utara Sisilia. Kedua penguasa itu ingin jadi penguasa tunggal, mereka saling berebut hegemoni di pulau Sisilia.

Syracuse berkoalisi dengan Kartagho dan Messina berkoalisi dengan Romawi. 


Letak Pulau Sisilia yang berada di timur laut Kartagho diperebutkan Syracuse dan Messina... Terlihat di peta bahwa Syracuse berwarna hijau  dan Messina berwarna putih
sumber gambar: wikipedia.com



Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa Kartagho memiliki angkatan laut yang kuat. Roma mematangkan strategi dengan membangun 300 kapal, karna Roma tidak cakap dalam pertarungan laut , maka Roma memancing perang ini di darat dan berhasil. Pasukan Roma dapat mengalahkan Kartagho di perang Punisia yang pertama (264-241SM).

Kartagho yang kalah perang, harus rela melepaskan daerah Sisilia ke Roma dan membayar ganti rugi perang yang sangatlah memberatkan.

Perang Punisia II dan apa peran Hannibal Barca?
Setelah kecewa berat karna kalah di perang Punisia yang pertama, Kartagho dibawah pimpinan Hannibal Barca melintasi Iberia, lalu menyerang Roma lewat italia utara dengan melintasi pegungan Alpen. 


Pic: Hannibal Barca
Sc Pic: warhistoryonline.com


Pada awalnya, pasukan Hannibal Barca dapat mengalahkan seluruh pasukan Roma, namun pada akhirnya Barca dikalahkan oleh Jendral Romawi Scipio Africanus pada pertempuran Zama di Afrika Utara pada tahun 202 SM, Untuk kedua kalinya Kartago bertekuk lutut ke Roma.

Koin Perak Kartagho
Sumber: British Museum


Perang Punisia III Akhir dari Peradaban Kartagho

Setelah kalah perang di perang Punisia yang ke 2, Kartagho harus membayar ganti rugi perang ynag sangat memberatkan lagi. Selain itu, Kartagho juga dilarang mengumpulkan pasukan sehingga ketika Kartagho di serang oleh keraajaan tetangganya Kartagho terpaksa menghimpun pasukan, akibat menghimpun pasukan ini, menyebabkan Roma murka. 

Respon Roma yang pertama kali adalah melalui kedutaannya di Kartagho  meminta agar pusat Kartagho dipindahkan dari pesisir lebih ke pedalaman. Namun Karthago menolaknya, sehingga Perang Punisia III meletus pada tahun 149-146 SM. Jendral Romawi Scipio Aemilianus mengepung Kartagho selama 3 tahun sampai akhirnya Kartagho jatuh dan diluluh lantakan. 

Kartagho di kepung
Sumber: The Creative Assembly


Setelah Perang Punisia III berakhir, maka secara resmi Kartgho menjadi bawahan kekaisaran Romawi. Kartagho sangat langgeng menjadi bawahan Romawi bahkan sampai Romawi terpecah, Kartagho tetap mejadi bagian dari Byzantium (Romawi Timur). Mereka akhirnya "dibebaskan" oleh pasukan muslim (dinasti Umayah) dengan mengusir seluruh orang-orang Byzantium dari Afrika.


Hingga awal abad ke-20, wilayah berkas pusat kerajaan Karthago dimasukkan sebagai kota Carthage pada tahun 1919.
Situs arkeologi ini pertama kali disurvei pada tahun 1830 oleh orang Denmark bernama Christian Tuxen Falbe. Penggalian dilakukan pada paruh kedua abad ke-19 oleh Charles Ernest Beulé dan oleh Alfred Louis Delattre .
The Carthage National Museum didirikan pada tahun 1875 oleh Kardinal Charles Lavigerie. Penggalian yang dilakukan oleh para arkeolog Perancis pada tahun 1920-an lah yang pertama kali menarik banyak perhatian, karena mereka menemukan bukti pengorbanan anak.
Ada banyak perbedaan pendapat di antara para ilmuan tentang apakah pengorbanan anak dilakukan oleh orang-orang Kartago kuno. 

Komentar