Jepang Zaman Samurai
A. Awal munculnya
pemerintahan Shogun di Jepang
Negara Jepang berdiri pada 660 SM. Suku Yamato merupakan suku yang paling berkuasa di Jepang pada massa kuno, salah satu dari suku yamato yaitu Jimmu merupakan kaisar pertama di Jepang (Jimmu Tenno).
Artikel ini masih dalam pengembangan.
Negara Jepang berdiri pada 660 SM. Suku Yamato merupakan suku yang paling berkuasa di Jepang pada massa kuno, salah satu dari suku yamato yaitu Jimmu merupakan kaisar pertama di Jepang (Jimmu Tenno).
Kaisar berkuasa di atas
klan-klan dan keluarga-keluarga penguasa setempat, oleh karena itu kaisar
sebagai penguasa tertinggi dalam suatu Negara tidak boleh dikecam, karena
Kekuasaan kaisar adalah suci dan tidak di ganggu gugat.
Sampai dengan tahun
1192 M daerah-daerah di Jepang di perintah oleh banyak keluarga klan yang
saling berebut kekuasaan.
Sc pic: Travel detik.com
Di antara keluarga klan itu pada
mulainya yang paling berkuasa ialah keluarga Fujiwara (Zaman Heian), yaitu
keluarga yang hanya mementingkan keluarganya sendiri hingga kepentingan Negara
dan rakyat kurang diperhatikan, sehingga banyak kecaman dari klan-klan maupun
keluarga-keluarga lain. (Agung,2012:95)
Pada 1156-1160 terjadilah perang
saudara antara keluarga Taira dan
keluarga Minamoto. Pada saat itu kemenangan jatuh ke tangan Taira. Sementara
sisa keluarga Minamoto menyingkir dan menyusun kekuatan di Jepang Timur (di
daerah kanto), dalam pertempuran kedua (1180-1185) keluarga Minamoto di bawah
pimpinan Minamoto No Yoritomo berhasil menghancurkan keluarga Taira. Dengan demikian keluarga
Minamoto adalah penguasa satu-satunya di Jepang pada saat itu yang dipimpin
oleh Yoritomo.
Sejak saat itu Minamoto No Yuritomo
menjadi penguasa tertinggi di Jepang, namun tetap di bawah Kaisar. Ibu kota pun
di pindahkan dari Kyoto ke Kamamura. Pada saat itu Kamamura menjadi pusat
militer, administrasi dan hukum, sehingga zaman itu disebut (zaman Kamamura). (Anggraeni, 2017: 11)
Organisasi pemerintahan militer di
Jepang, disebut “Bakufu”. Sebagai pemimpinnya adalah Minamoto No Yuritomo yang
pada 1192 M memakai gelar Shogun “Sei-i-Tai-Shogun” yang berarti “Generalisima
penakluk suku timur”. Kata Shogun sebenarnya mempunyai arti yang mirip
Generalisima, yaitu pemimpin tentara tertinggi, akan tetapi perkembangannya
kemudian arti kata tersebut berkembang menjadi “ diktator militer”. Dengan
demikian di Jepang mulai munculah kediktatoran Shogun.
Era Shogun merupakan masa dimana kekuasaan tertinggi Jepang berada di bawah
kepemimpinan damyo (tuan-tuan tanah) karena pada saat pemerintahan oleh kaisar, Jepang dalam keadaan memburuk dan tidak mampu menguasai pemerintahannya
sehingga kekuasaan damyo semakin kuat Adapun Kaisar hanyalah sebagai pelengkap
Negara yang bertugas sebagai symbol negara serta acara-acara kenegaraan.
Pada Era ini kekuasaan Kaisar telah
sepenuhnya diserahkan kepada tuan-tuan tanah atas kepemilikan tanah di Jepang.
Tuan-tuan tanah inilah yang kemudian membentuk suatu pasukan yang disebut
sebagai samurai (Bushido), semakin kuatnya pengaruh Damyo inilah yang nantinya
mengantarkan mereka menjadi para shogun yang memimpin kekuasaan di jepang.
Anggraeni,(2017: https://chilviaanggraeni.wordpress.com/2017/05/03/awal-keshogunan-jepang/ )
dengan demikian di
Jepang muncul dualism Government ( dualisme dalam pemerintahan) yakni :
1.
Pemerintahan sipil
yang berada di Kyoto dengan Kaisar sebagai kepala Pemerintahan
2.
Pemerintah militer
yang berada di Kamamura dengan Shogun sebagai kepala Pemerintahan
Pengganti-pengganti
Minamoto No Yuritomo ternyata tidak mampu mempertahankan kekuasaan yang telah
susah payah dirintis olehnya, bahkan akhirnya kekuasaan jatuh ketangan keluarga
Hojo. Di masa ini kekuasaan kaisar masih dipertahankan.
Pada
waktu Jepang dibawah kekuasaan Keluarga Hojo (1199-1333) datanglah ancaman dari
luar, yaitu salah satunya ialah bangsa Mongol yang berasal dari Asia Tengah.
Bangsa Mongol pada masa itu menguasai sebagian besar Asia tengah dan Asia
Barat,Eropa Timus dan Negara cina. Pada akhir abad ke XII M kaisar Kubilai Khan
berhasil menaklukan Jepang.
Jepang
sendiri untuk menghadapi serangan bangsa Mongol seluruh keluarga (klan-klan) di
Jepang yang tadinya saling bermusuhan akhirnya bersatu padu menghadapi Kubilai Khan,
sehingga Jepang mampu mengusir bangsa Mongol tersebut. Meskipun demikian,
pemerintahan di bawah keluarga Hojo makin lama makin lemah, dan penuh dengan
kekacauan. Agung,(2012:99)
Sampai
tahun 1400, jumlah kelompok Samurai di Jepang mencapai 10% dari seluruh
populasi di masyarakat, karena pada masa ini tidak ada peperangan. Keadaan aman
tanpa perang belangsung hingga 1467 sebelum akhirnya pemerintahan Shogun
melemah dan pada Daimyo mulai berusaha mengambil alih kekuasaan tertinggi dan
era perang dimulai lagi.
Diluar kericuhan yang
terjadi dalam pemerintahan, muncul orang-orang kuat yang akan membentuk Negara
Jepang baru yang kuat dan ingin menghapuskan semua perselisihan. Diantara
pemimpin-pemimpin yang terkemuka antara lain: Oda Nobunaga (1534-1582 M),
Hedeyoshi Toyotomi (1537-1598 M) dan Iyeyashu Tokugawa (1543-1616 M).
Oda Nobunaga yang
berkedudukan di Nagoya, pada 1568 M berhasil merebut Ibukota. Namun
cita-citanya untuk menyatukan seluruh Jepang gagal. Setelah meninggal (1582 M),
pimpinan diambil alih oleh Hideyoshi. Ia menjadikan Osaka sebagai Ibu kota
pemerintahan militernya. Setelah berhasil mengatasi kericuhan dalam negeri, ia
bermaksud untuk mengadakan ekpansi ke luar yakni ke Korea, karena korea akan di
jadikan batu loncatan untuk memasuki Cina. Hideyoshi melakukan serangan ke
Korea sebanyak dua kali yakni, pertama pada 1592 M, dan kedua pada 1597 M.
Hadi,(2015:8), dan berhasil menduduki wilayah Korea, namun saying ia meninggal
(1598) sebelum berhasil menikmati kemenangannya atas Korea.
Hideyoshi kemudian
digantikan oleh Iyeyashu Tokugawa dan ia lah yang mengorganisir pemerintahan
Shogun. Keluarga Tokugawa semula membuka hubungan dengan bangsa-bangsa Eropa
dan mengijinkan misionaris Kristen menyebarkan agamanya ke seluruh negeri.
Namun lambat laun kehidupan ini berubah,
bahkan akhirnya memusuhi agama Kristen, kaum Kristen ditindas, dikejar-kejar
dan semua misionaris diusir, karena kaum Kristen dianggap akan menggulingkan
Shogun.
Sikap memusuhi agama
Kristen ini sebenarnya telaah ada semenjak akhir pemerintahan Hideyoshi
Toyotomi, dimana pada 25 Juli 1587; Hideyoshi mengeluarkan sebuah kebijakan
yang melarang penyebaran agama Kristen dan mengusir semua misionaris dari
Jepang. Sikap ini kemudian dilanjutkan oleh Iyeyashu Tokugawa dan pengganti-penggantinya.
Perlawanan yang gigih
dari orang-orang Kristen menimbulkan kecurigaan di pihak Shogun terhadap semua
pedagang asing. Keluarga Shogun Tokugawa menjalankan Politik Isolasi untuk
memperkuat dan mempertahankan kekuasaan mereka.
Sakoku (Politik Isolasi) yang dilakukan
Pemerintah Jepang merupakan kebijakan luar negeri Jepang, yang mengatur bahwa
orang Asing tidak diizinkan memasuki Jepang maupun warga jepang tidak diizinkan
meninggalkan Jepang dengan ancaman hukuman mati. Gustina,(2018: http://wartasejarah.blogspot.com/2018/01/politik-isolasi-jepang-sakoku.html )
Dengan politik Isolasi tersebut, pemerintah feudal Tokugawa merasa yakin bahwa mereka dapat
mencapai kedamaian di dalam maupun di luar wilayahnya. Memang perang telah
berakhir, dan tata tertib masyarakat menjadi perhatian utama bagi pemerintah.
Suasana yang aman damai ini memberikan jaminan bagi rakyat untuk mencari nafkah
dengan aman pula. Hal ini terbukti dengan naiknya tingkat kemakmuran bangsa
jepang selama politik Isolasi. Supriyadi,(2014:7)
Kebijakan-kebijakan
pemerintahan Shogun di Jepang
Proses penyatuan wiayah Jepang menjadi
satu Negara yang utuh di bawah satu pemerintahan yang utuh mencapai puncaknya
pada era pemerintahan Tokugawa. Pemerintahan ini melanjutkan proses penyatuan
sebelumnya yang pernah dilakukan oleh ke-Shogun-an Kamakura dan ke-Shogun-an
Muromachi. Upaya penyatuan wilayah Jepang juga pernah dilakukan oleh salah satu
penguasa paling terkenal pada masa akhir
ke-Shogun-an Muromachi dan Azuchi Momoyama, yaitu bernama Oda NO Bunaga.
Dalam sejarah Jepang, era pemerintahan
ke-Shogun-an dikenal periode Bakufu. System
pemerintahan yang dipimpin oleh para Shogun itu sebenarnya merupakan wujud
kekuasaan pemerintahan oleh kaum militer. Sebagaimana diketahui, pada zaman ini
kaum militer atau samurai, merupakan golongan masyarakat dengan strata social
tertinggi di Jepang. Mereka pun memiliki hak-hak istimewa yang tidak dimiliki
oleh kelas social manapun, sehingga para samurai adalah orang-orangpenting yang
terpandang. Menurut septianingrum,(2017:85-87) mengemukakan bahwa kebijakan yang
terjadi pada pemerintahan Keshogunan di bagi kedalam Empat Massa yaitu :
1.
Kebijakan
Pemerintahan Keshogunan Kamakura Tahun 1192-1333
a)
Mengadakan
jabatan Shugo dan Jito
b)
Membentuk
pemerintahan Bakufu
c)
Mengadakan
Jabatan Shikken
2.
Kebijakan Pemerintahan Keshogunan Muromachi
Tahun 1333-1573
a)
Membentuk
jabatan Kanrei (Penasehat Utama Shogun)
b)
Mengadakan
hubungan perdagangan dengan Cina dan Korea
c)
Mengatur
kepemilikan tanah
3.
Kebijakan
Pemerintahan Keshogunan Azuchi Tahun 1573-1603
a)
Kebijakan
pemerintahan sipil (menentukan pembagian tanah pertanian serta jumlah produksi
pertanian, menentukan jumlah pajak yang harus di bayar)
b)
Kebijakan
militer (penguasaan Negara dengan
kekuatan militer)
c)
Kegiatan
beragama (membantu kegiatan misionaris-misionaris Ordo Jesuit ke Jepang untuk
menyebarkan agama Kristen)
d)
Kebijakan
terhadap istana (ikut membantu dalam soal keuangan dan turut ikut campur dalam
keputusan di istana)
e)
Kebijakan
Perdagangan (menjadikan politik pasar bebas (rakuichi rokuca) )
f)
Kebijakan Luar
Negeri (memaksa Korea membayar upeti
kepada Jepang)
g)
Kebijakan
kepegawaian (mengangkat pengikit berdasarkan prestasinya)
4.
Kebijakan
Pemerintahan Keshogunan Togukawa Tahun 1192-1333
a)
Mengawasi para
Daimyo
b)
Mengawasi
hubungan dengan Kaisar
c)
Penerapan
politik (Sokuku)
d)
Membagi Status
Sosial dalam Masyarakat
B. Berakhirnya
pemerintahan Shogun di Jepang
Setelah masa-masa sulit yang dihadapi
pemerintahan Jepang pada periode 999-1500 M, pada akhirnya tahun 1600 M Jepang
di bawah pemerintahan Keshogunan Tokugawa (1606-1867) yang berpusat di Edo
(Tokyo), berada pada suasana aman dan damai hal ini menjadi jaminan bagi rakyat
Jepang dalam mencari nafkah. Yang menjadikan Zaman Edo (zaman Tokugawa), ini
sebagai zaman yang sangat berpengaruh bagi Jepang sebelum Era Modern. Menurut
Saripedia dalam Suryohadiprojo,(1982:28) mengemukakan :
Pemerintahan
Tokugawa mengalami masa kejayaan panjang tetapi pada abad ke 19 kekuasaan
Tokugawa mulai mengalami kemunduran. Kaum samurai makin mengalami kesulitan
keuangan dan hutang yang terus meningkat. Di kota-kota mulai terjadi keteganga-ketegangan
antara pedagang kaya dan pedagang miskin. Di desa-desa mulai adanya perbedaan
antara yang memiliki tanah dan yang tidak memiliki tanah.
Di atas telah
disebutkan bahwa selama pemerintahan Bakufu (Tokugawa) dengan Politik
Isolasinya mula-mula mereka bias membawa Negara dalam suasana damai. Tetapi
baik kedamaian itu sebenarnya pemerintahan Bakufu mempraktekan pemerintahan
dengan tangan besi dan untuk kepentingan rezimnya. Keluarga Tokugawa sebagai
keluarga Shogun terakhir yang memerintah Jepang sebellum restorasi mempunyai
tata pemerintahan sebagai berikut:
1.
Shogun sebagai
pemimpin pemerintahan. (Kaisar hanya sebagai lambing saja);
2.
Pada Daimyo:
sebagai pemerintahan Gubernur/Provinsi;
3.
Para Samurai:
sebagai serdadu.
Shogun Tokugawa berpegang teguh pada tradisi kuno yang
menyatakan bahwa mereka adalah keturunan Amaterasu
Omokami dan memrintah dengan tangan besi. Shogun terakhir pada zaman
Ke-Shogunan Tokugawa ialah Keiji, dengan Yedo sebagi ibu kotanya. Kota tersebut
merupakan pusat administrasi dengan hukum dan undang-undangnya yang dapat
menjamin supermasi bagi ke-Shogunan Tokugawa. Menurut Saripedia dalam Nurulhayati,
(1987:33) mengemukakan :
“Selama kurang lebih 250 tahun
Jepang menutup diri dari pengaruh luar. Jepang tidak menyadari adanya kemajuan-kemajuan
yang diperoleh bangsa barat, terutama dalam bidang industry, perkembangan
kapitalisme mengakibatkan revolusi industry, sehingga banngsa barat melihat
luar negeri untuk mencari daerah pemasaran bagi industrinya dan mencari sumber
bahan baku yang baru. Menjelang akhir abad ke-17 bangsa barat mendesak untuk
mengadakan hubungan dengan cinda dan Jepang”.
Amerika merupakan salah satu Negara Barat yang pertama-tama
mencoba mematahkan politik Isolasi Jepang, dengan maksud ingin menjalin hubungan
dagang dengan Jepang. Hal tersebut telah dicoba oleh Amerika Serikat sejak 1837
M, namun baru berhasil pada 1854 M. kapal Amerika Serikat : “The Morison” yang
bertolak dali makau menuju Jepang, disambut dengan tembakan pengusiran oleh
pendukung Bakufu di teluk Edo, akibatnya kapal tersebut kembali
ke Cantona.
Pada 1853 M Amerika Serikat kembali mengirimkan armadanya
di bawah komando Matthew C.perry. pada
bulan juli, kapal-kapal tersebut sudah masuk ke teluk Edo. Para pengikut Bakufu ssangat heran melihat kedatangan kapal dengan
senapan-senapan meriam tersebut, maka mereka menyebutnya “kapal hitam” (Kuro Fune).
Perry menyampaikan surat presiden kepada Shogun, tanpa
menghiraukan perlakuan bawahan Shogun lalu kemudia ia meninggalkan surat
tersebut dengan pesan bahwa setahun kemudian armadanya akam kembali ke Jepang
untuk memperoleh jawaban pemerintahan Bakufu.
Pada setahun kemudian tepatnya 1854 M Perry dating kembali
ke Jepang dengan armada yang lebih besar, yakni tujuh buah kapal perang yang
kemudian berhasil memaksa pemerintahan Bakufu
untuk membuka negaranya bagi bangsa bangsa Barat. Menurut Agung dalam I
Ktut Suradjaja, (1984:18) mengemukakan :
“Setelah
bangsa-bangsa barat berhasil masuk ke wilayah Jepang, kemudian menghasilkan
sebuah Perjanjiankanagawa yang terjadi pada 31 maret 1954 M di Yokohama, yang
berisikan 1).pelabuhan Shimoda dan Hokodate di buka untuk perdagangan asing
2).apabila awak kapal Amerika Serikat terdampar di pantai Jepang, maka kapal
Jepang diharapkan untuk membantu mereka dan membawanya ke Shimoda atau
Hokodate"
Setelah adanya
perjanjian tersebut, kemudian terjadilah perjanjian-perjanjian serupa yang
dibuat oleh pemerintahan Bakufu
dengan Inggris yang diwakili oleh Laksamana Sterling. Dengan perjanjian ini
kapal-kapal Inggris diizinkan berdagang di Nagasaki dan Hokodate.
Dengan demikian Politik Isolasi yang dipertahankan oleh
pemerintahan Bakufu berakhir. Jelas
pula bahwa pembukaan Jepang bukanlah atas kemauan sendiri, melainkan oleh
paksaan dari luar. Dengan runtuhnya Politik Isolasi ini, maka golongan Samurai
yang telan 3 ½ abad lamanya mengakui supremasi pemerintahan Bakufu di bawah ke-Shogun-an Tokugawa akhirnya mulai
sadar bahwa pemerintahannya adalah lemah, militernya tidak mampu lagi menahan
serangan dari luar.
Sejak terjadinya pembukaan Negara,
pemberontakan dalam negeri semakin meningkat karrena rakyat Jepang tidak
menginginkan perjanjian tersebut ditandatangani oleh pemerintahan Tokugawa,
terutama pihak kekaisaran karena perjanjian itu belum memperoleh izin dari
Kaisar. Penandatanganan perjanjian ini menimbulkan kekesalan dan gerakan anti
pemerintahan Bakufu yang diwakili oleh Daimyo Tozama. Hal-hal yang
mereka tantang antara lain adalah menentang adanya hubungan dagang dengan
orang-orang asing, menginginkan pengembalian fungsi Politik kepada Kaisar, dan
ingin menegakan kembali pemujaan terhadap Tenno dan agama Shinto serta kembali
pada Shintonisme yang murni sebagai reaksi dari Ryobu Shinto
dan Budhisme. Saripedia,(2011: (https://saripedia.wordpress.com/tag/runtuhnya-pemerintahan-tokugawa/ )
Akibat dari
penandatanganan perjanjian tersebut, pemerintahan Tokugawa tidak lagi
memperoleh kepercayaan dari rakyat untuk melindungi mereka dari pengaruh liar
dan tidak dapat memberikan perlindungan terhadap rakyatnya. Alasan ini
dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang ingin menggulingkan kekuasaan Tokugawa.
Setelah terjadinya beberapa peristiwa
buruk, maka pada tahun 18867 pemerintahan Tokugawa menyerahkan kekuasaan pada
Kaisar Meiji. Dengan demikian pemerintahan Tokugawa berakhir dan kekuasaan
penuh berada di tangan kaisar.
C. Awal munculnya pemerintahan Meiji di Jepang
Pada tahun 1853, Komando Matthew C.
Perry dari Amerika Serikat memasuki teluk Tokyo dengan kekuatan satu kuadron,
sebanyak empat buah kapal. Satu tahun kemudian ia kembali memasuki wilayah
Jepang dengan tujuh kapal Perangnya dan berhasil membujuk Jepang untuk membuat
perjanjian persahabatan dengan negaranya. Pada tahun yang sama menyusul
perjanjian-perjanjianserupa dengan Rusia,Inggris,Belanda, sehingga Jepang
kembali terbuka bagi dunia luar.
Perjanjian tersebut diubah empat tahun
kemudian menjadi perjanjian perdagangan, dan kemudian perjanjian serupa dibuat
dengan Prancis. Kejadian-kejadian tersebut berdampat meningkatkan tekanan arus
social dan politik yang menggrogoti pondasi struktur feudal. Selama kira-kira
satu dasawarsa kekacauan besar terjadi ppada sebagian wilayah Jepang, sampai
system feudal ke-Shogun-an Tokugawa runtuh pada tahun 1867 dan kedaulatan
dikembalikan sepenuhnya kepada kaisar dalam Restorasi Maiji pada tahun 1868.
Menurut Saripedia dalam Suradjaja,(1984:21) mengemukakan :
“Runtuhnya pemerintahan
Tokugawa merupakan berakhirnya zaman Edo yang ditandai dengan penyerahan
kekuasaan Shogun Keiki kepada Kaisar Meiji. Zaman baru ini disebut zaman Meiji
yang berlangsung antara 1868-1912 M. Kaisar Meiji juga dipanggil sebagai kaisar
Mutsuhiti. Sebagai pusat pemerintahan maka kota Edo diganti dengan Kyoto, dan
pada tahun 1869 ibu kota dipindahkan dari Kyoto ke Tokyo”.
Pada
masa inilah Jepang bergerak memodernisasikan diri dalam segala bidang, yang
dikenal dengan Restorasi Meiji, dimana Jepang membangun system pemerintahan,
ekonomi bahkan budaya dengan mencontoh Negara-negara Barat.
Masa Meiji (1867-1912 M) merupakan
salah satu periode yang paling istimewa dalam sejarah bangsa-bangsa. Di bawah
pimpinan Kaisar Meiji, Jepang bergerak maju sehingga hanya dalam beberapa
dasawarsa mencapai apa yang diinginkan di Barat memerlukan waktu berabad-abad
lamanya. Hal yang dicapai tersebut adalah pembentukan suatu bangsa yang modern,
yang memiliki perindustrian modern, lembaga-lembaga politik modern, dan pola masyarakat
yang modern.
Dengan demikian, Restorasi Meiji tahun
1867 M tersebut merupakan suatu revolusi politik di Jepang Barat
(Chosu,Satsuma,Hizen, dan Tosa). Restorasi
berarti Pemulihan, di dalamnya terkandung untuk pembangunan dan pembaharuan.
Dalam hal ini merupakan pemulihan kekuasaan Negara dari Shogun kepada Kaisar
sebagai seorang yang berhak atas kekuasaan baik secara teoritis maupun secara
praktis.
Setelah kaisar Meiji naik tahta, pada
6 april 1868 M, untuk pertama kalinya dalam sejarah Jepang “Meiji Tenno”
mengangkat Sumpah Jabatan (Gokajo No Goseimon) yang sangat penting terdiri dari
lima pasal, yang menggambarkan garis besar asas-asas yang harus di anut oleh
pemerintahannya. Isi piagam tersebut yakni:
1.
Asas Musyawarah
Musyawarah
merupakan suatu yang harus di pegang teguh. Semua peraturan Negara akan
ditetapkan dengan jalan musyawarah. Dalam hal ini akan dibentuk Dewan Nasional
dan Dewan Setempat.
2.
Asas Persatuan
Seluruh
rakyat Jepang dari yang rendah sampai tinggi harus bersatu dan sependapat, agar
ketertiban dalam masyarakat dapat terpelihara dengan baik. Hak-hak bagi semua
lapisan msyarakat akan dijamin oleh Negara.
3.
Asas Keadilan
Asas
ini akan dipegang teguh oleh kaisar. Segaa tradisi lama yang merugikan bangsa
dan Negara dihapuskan. Persamaan hak dan kewajiban akan dijadikan dasar
kehidupan nasional.
4.
Asas pendidikan
Pendidikan
yang merupakan kombinasi antara system pendidikan yang lama dengan yang baru
(campuran cara berfikir Cina,dan Jepang, serta pendidikan Barat) akan dijadikan
dasar bagi terciptanya Negara baru yang maju, dan modern seperti Barat. Dalam
hal ini Jepang juga akan mengambil dan mempergunakan tenaga-tenaga asing yang
cakap guna melaksanakan pembangunan bangsa dan Negara jepang.
Septianingrum,(2017: 92)
Dari isi Sumpah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelaksanaan pemerintahan Negara dipimpin oleh kaisar, dibantu rakyat untuk
kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Restorasi yang di dimbil oleh
Pemerintahan Meiji Tenno meliputi : 1) Bidang Politik, 2) Bidang Perekonomian,
3) Bidang Pendidikan, dan 4) Bidang
Militer.
Sumber::::
Agung, Leo (2012) Sejarah Asia Timur 1. Yogyakarta: Ombak
Septianingrum, Anisa (2017) Sejarah Asia Timur: Dari Masa Peradaban Kuno Hingga Modern. Depok: Anak Hebat Indonesia
https://www.britannica.com/place/Japan/The-fall-of-the-Tokugawa (Diakses Kamis 11 November 2021)
Komentar
Posting Komentar