Makalah Korea Klasik Kelas A
KOREA KLASIK
Sebagai
salah satu tugas Sejarah Asia Timur
Oka Agus Kurniawan S., S.Pd., M.Pd
Disusun
oleh :
Ira
Tuti Alawiyah 182171001
Kharisma
Rahmanda F 182171004
Fajrina
Rahayu 182171007
UNIVERSITAS SILIWANGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
2019
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum,
wr. wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul Korea Klasik
ini pada waktu yang sudah ditentukan.
Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Oka Agus Kurniawan S., S.Pd., M.Pd pada Prodi
Pendidikan Sejarah mata kuliah Sejarah
Asia Timur. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Korea Klasik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum,
wr. wb.
Tasikmalaya,
Agustus 2019
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar ................................................................................................ i
Daftar
Isi ......................................................................................................... ii
BAB
I .............................................................................................................. 1
A. Latar
Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................ 4
BAB
II ............................................................................................................ 5
A. Awal
Mula Terbentuknya Korea Klasik .............................................. 5
B. Kerajaan-kerajan
Korea Klasik ............................................................ 14
BAB
III ........................................................................................................... 23
Daftar
Pustaka ................................................................................................. 25
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Korea merupakan salah satu negara yang terletak di
kawasan Asia Timur Laut. Negara korea dalam sejarahnya merupakan negara yang
sangat penting karena Semenanjung Korea terletak di tiga negara besar yaitu
Jepang, Cina, dan Rusia. Korea merupakan negara yang
menghubungkan Asia Timur Laut dengan
dunia luar terutama dengan kepulauan Jepang yang letaknya dekat dengan Semenanjung Korea. Nama lain Korea adalah Choson yang lebih dikenal oleh negara barat sebagai “negeri ketenangan pagi” berasal dari Dinasti Yi yang memerintah tahun 1392-1910.
Korea terletak pada sebuah
semenanjung dengan sekitar 8.500 mil persegi yang terhampar dari bagian timur
laut Benua Asia. Wilayah Korea di sebelah utara dibatasi dua aliran sungai,
yaitu Sungai Yalu dan Tumen. Kedua sungai itu mengalir diantara Cina dan Korea.
Sungai Yalu mengalir dari barat daya sampai Laut Kuning dan Sungai Tumen
mengalir dari timur laut menuju kea rah tenggara sampai laut timur.
Wilayah Korea sebelah barat dibatasi
Laut Kuning, di sebelah selatan dibatasi Laut Cina Timur dan di sebelah timur
dibatasi Laut Jepang. Sebagian besar wilayah Korea merupakan daerah
yang tidak datar dan bergunung-gunung sehingga menyebabkan terhalangnya
perdagangan dan pertanian dikarenakan sulitnya transportasi. Walaupun banyak terdiri dari pegunungan, namun hasil
hutannya sangat kecil dan miskin akan sumber-sumber alam.
Kerajaan pertama di semenanjung Korea adalah Gojoeseon,
kemudian pada abad pertama masehi terdapat tiga kerajaan besar di Semenanjung
Korea. Ketiga kerajaan tresebut adalah Goguryeo, Baekje, dan Silla. Kerajan
Goguryeo mulai berkembang di bagian tengah sungai Yalu. Di tengah persaingannya
dengan Kerajaan-kerajaan lain, kerajaan Goguryeo lebih kuat daripada kerajaan
lainnya. Ciri khusus dari masyarakat Goguryeo adalah memiliki sifat yang kuat
dank eras, serta menjungjung tinggi kekuatan fisiknya, dalam proses pembentukan
bangsa Korea, tiga suku yaitu Ye, Maek dan Han, memegang peran penting.
Suku Ye dan Maek (kadang disebut Yemaek) pernah
mendirikan kerajaan-kerajaan kuno, diantaranya Gojoseon, Puyo, dan lain
sebagainya. Sementra itu suku Han yang terpancar di belahan selatan sungai Han
yang mengalir melintangi Semenanjung Korea pernah mengembangkan kerajaan tiga
Han, yaitu Mahan, Jinhan dan Byonhan.
Lokasi tiga kerajaan itu masing-masing adalah Mahan di
sebelah barat, Jinhan di sebelah timur, dan Byonhan di sebelah selatan.
Keistimewaan dari kerajaan tiga Han adalah terdiri dari sejumlah besar anak
kerajaan. Mahan terdiri dari lima puluh empat buah anak kerajaan, sedangkan
Jinhan dan Byonhan masing-masing terdiri dari dua belas anak kerajaan. Kerajaan
tiga Han yang dikembangkan oleh suku Han kemudian berkembang menjadi kerajaan
Baekje, Silla dan Goguryeo.
Kerajaan Silla muncul sebagai kerajaan besar yang
berhasil mempersatukan ketiga kerajaan itu. Keberhasilan kerajaan Silla
merupakan langkah pertama unifikasi bangsa Korea, meskipun di Manchuria muncul
Kerajaan Balhae yang mencapai puncak kejayaannya pada awal abad ke-9. Unifikasi
bangsa Korea melahirkan Kerajaan Silla baru.
Sesudah masa kebangkitan Silla, akhirnya Silla tidak
lama kemudian mengalami kehancuran, dan diteruskan dengan dinasti Goryeo, masa
dinasti Goryeo ini sangat berpengaruh pada bangsa Korea, semasa dinasti Goryeo
ini berdiri beberapa kerajaan, masa dinasti ini juga mengalami kebangkitan dan
kehancuran. Sesudah berakhirnya dinasti Goryeo dilanjutkan dengan dinasti
Joseon, dinasti Joseon ini merupakan kelanjutan dari dinasti Goryeo. dinasti
Joseon ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan mengalami kehancuran
setelah adanya penyerangan dari Jepang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
awal mula Korea Klasik?
2. Apa
saja kerajaan-kerajaan pada jaman Korea Klasik?
BAB
II
ISI
A.
Awal
Mula Terbentuknya Korea Klasik
Sebutan Korea diambil
dari nama dinasti Korea yang terkenal yaitu Goryeo (935-1392). Goryeo sendiri
menamai negerinya dari kependekan nama salah satu Tiga Kerajaan Goguryeo
(37-668 M), dalam bahasa Tionghoa dilafalkan “Gao-li” dan penyebutan itu
menyebar ke para pedagang Timur Tengah dan lama kelamaan dipredeksi menjadi
Korea, kata Korea secara umum di dunia internasional masa ini dipakai untuk
menunjuk kedua negara Korea. Dalam bahasa Korea di Korea Selatan, Korea
berfaedah Han-Guk (Korea Selatan, kependekan dari Dae Han Min Guk) sedangkan
Choson dipakai oleh Korea Utara untuk menyebut nama negara mereka.
Istilah Korea dipakai
pertama kali oleh Percival Lowell (1855-1916), seorang penulis, petualang dan
astronom Amerika yang mengunjungi Korea sekitar 100 tahun yang lalu, nama
tersebut yaitu interpretasi literal dari kata Choson, nama negara yang dia
kunjungi dikesudahan 100 tahun ke-19. Lowell menganggap nama tersebut cocok
untuk kerajaan yang tertutup terhadap dunia luar tersebut. Korea pada masa itu
tidak dikenal di dunia barat, namun pada masa sebelumnya, Dinasti Goryeo telah
dikenal oleh dunia barat dan dari negara itulah kata Korea berasal.
Korea terletak di
Semenanjung Korea di Asia Timur laut, di barat lautnya Korea dipisahkan Sungai Amnok (Yalu) dengan
Republik Rakyat Cina, Sungai Duman di timur lautnya memisahkan Korea dengan
Rusia dan RRT. Beberapa pulau-pulau penting antara lain Jeju, Ganghwa, Ulleng,
Dokdo, Jindo, Geojo, dan sebagainya. (gajah mada university : 2003)
Bagian selatan dan
barat Korea yaitu dataran rendah dan sebelah timur dan utara memanjang
rangkaian pegunungan Baekdu Daegan sepanjang semenanjung. Dataran tinggi Gaema
ada di wilayah Korea Utara dan yaitu produk vulkanis dari 100 tahun meszoikum.
Titik-titik tertinggi termasuk Gunung Baekdu (1774), Sobaeksan (2184), Jirisan
(1915), Baeksan ((1724), Geumgangsan (1638), Seoraksan (1708), Taebaeksan
(1564) dan sebagainya. Beberapa gunung semakin rendah ada tegak lurus dengan
jaringan Baekdu Daegan, beberapa besar mengembang di garis tektonik dari 100
tahun mesozoikum dan pada landasannya mengarah ke barat laut.
Tidak seperti
pegunungan yang semakin tua di daratan semenanjung, banyak pulau-pulau penting
dibentuk oleh aktivis vulkanik 100 tahun cenozoikum. Jeju yang terletak di
pesisir selatan yaitu pulau vulkanik besar dengan puncak Hallasan (1950m).
ulleng-do dan Dokdo di laut timur terdiri dari batuan felsik dan berusia
semakin muda.
Daerah pegunungan
beberapa besar terletak di sebelah timur semenanjung, sungai-sungai utama
cenderung mengalir ke sebelah barat dan selatan. Di barat mengalir sungai
Amnok, Chomgchon, Daedong, Hangang, Geum, Yeongson, Nakdong, Seomjin, dan
sebagainya. Sungai-sungai ini memiliki dataran banjir yang lapang dan menyediakan
tanah yang subur untuk pertanian.
Jadi korea sudah ada
sejak zaman dahulu, sebutan kata Korea diambil dari salah satu kerajaan yang
tiga yaitu Goryeo. Adapun letak geografisnya, Korea terletak di Semenanjung
Korea di Asia Timur Laut, di barat lautnya Korea dipisahkan Sungai Amnok (Yalu) dengan
Republik Rakyat Cina, Sungai Duman di timur lautnya memisahkan Korea dengan
Rusia, banyak pulau-pulau penting di Korea yang ada salah satunya yaitu Jeju
dan Ganghwa. Di Korea terdapat banyak pegunungan dan sungai-sungai yang
mengalir salah satunya seperti Amnok dan Chomgchon.
Pada zaman dahulu
bangsa Korea tinggal di sekitar laut dan sungai sebelum menyebar ke pedalaman.
Laut adalah sumber makanan mereka. Mereka menggunakan jala dan pancing untuk
menangkap ikan dan mengumpulkan kerang-kerangan. Berburu juga cara mereka
mendapatkan makanan.panah dan anak panah ditemukan pada masa Neolitikum.
Kemudian mereka mulai bercocok tanam dengan menggunakan pacul atau cangkul
batu, sabit dan batu kilangan.
Bercocok tanam padi
dimulai dalam jaman perunggu yang berlangsung di Korea sampai tahun 400 SM.
Orang-orang juga hidup di dalam lubang galian dengan tutup jerami, sementara
dolmen dan liang batu digunakan untuk kebanyakan pemakaman pada waktu itu.
Ketika pertanian
menjadi aktivitas utama desa-desa terbentuk muncullah pemimpin yang mempunyai
kekuasaan tertinggi. Hukum menjadi penting untuk memerintah masyarakat. Pada
Gojoseon (tahun 2.333- tahun 108 SM ) berlaku undang-undang yang terdiri dari 8
(delapan) pasal, tetapi sekarang hanya 3 (tiga) pasal yang diketahui : pertama
seseorang yang membunuh orang lain harus segera dibunuh, kedua seseorang yang
melukai tubuh orang lain harus mengganti rugi dengan biji-bijian, ketiga
seseorang yang mencuri milik orang lain harus menjadi budak orang tersebut.
Adapun rumah yang
diduduki oleh Korea yaitu Hanok, rumah tradisional Korea, hampir tidak berubah
dari jaman tiga Kerajaan sampai dengan Dinasti Joseon (1392-1910), ada juga
ondo yaitu sistem oemanas Korea bawah lantai, pertama kali digunakan di wilayah
bagian utara. Asap dan panas keluar dari tungku dapur rendah dialirkan melalui
cerobong yang dibangun di bawah lantai. Di wilayah bagian selatan yang lebih
hangat, ondol digunakan bersama dengan lantai kayu. Kebanyakan bahan dari rumah
tradisional adalah taah liat dan kayu. Giwa atau atap genteng beralur hitam terbuat
dari tanah, biasanya tanah liat merah. Sekarang ini Istana Presiden disebut
Cheong Wa Dae atau Rumah Biru karena genteng biru digunakan sebagai atapnya
Hanok dibangun tanpa
menggunakan paku dan hanya disusun dengan sambungan balok kayu. Rumah orang
golongan bangsawan terdiri dari beberapa bagian terpisah satu untuk tempat
tinggal perempuan dan anak-anak, satu untuk laki-laki dalam keluarga dan
tamu-tamunya, dan satu lagi untuk pelayan-pelayan, semuanya tertutup dalam satu
dinding. Tempat penghormatan untuk leluhur dibangun di belakang rumah terkadang
dibuat sebuah kolam teratai di depan rumah di luar dinding.
Bentuk rumah berbeda
sari tempat yang dingin di wilayah bagian utara dengan tempat yang hangat di
bagian selatan. Rumah sederhana dengan denah persegi panajng dan sebuah dapur
dan sebuah ruang di kedua belah sisinya berkembang menjadi rumah berbentuk L di
bagian selatan. Hanok dikemudian hari menjadi berbentuk U atau bujur sangkar
yang terletak di tengah halaman.
Dari akhir tahun 1960-an, pola perumahan Korea berubah sangat cepat dengan konstruksi bangunan apartemen
ala Barat. Apartemen bertingkat
tinggi menjamur di seluruh negeri sejak tahun
1970-an tetapi
sistem ondol tetap populer dengan sistem pipa-pipa air panas menggantikan cerobong asap di bawah lantai.
Orang Korea menenun
kain dari rami dan ubi garut dan mengembangbiakkan ulat sutera untuk menghasilkan sutra. Selama periode Tiga Kerajaan, laki-laki memakai jeogori ( jaket), baji (celana panjang), dan durumagi (mantel)
dengan
topi, tali pinggang dan sepatu. Perempuan memakai jeogori ( jaket pendek) dengan dua pita panjang yang diikat untuk membentuk otgoreum (simpul),
rok panjang berpinggang tinggi yang disebut chima, sebuah durumagi, beoseon
(kaos kaki katun putih), dan sepatu berbentuk
perahu. Pakaian
ini, yang dikenal sebagai Hanbok,
telah diwariskan dengan bentuk yang sama untuk laki-laki dan perempuan selama ratusan tahun dengan sedikit
perubahan kecuali
pada panjang jeogori dan chima.
Pakaian ala Barat mulai dikomersialkan di Korea setelah Perang Korea (1950-53), dan selama era cepat
industrialisasi pada tahun 1960-an
dan
1970-an, penggunaan Hanbok berkurang dan dianggap kurang
pantas sebagai pakaian sehari-hari. Tetapi, akhir-akhir ini, pencinta Hanbok berkampanye untuk menghidupkan kembali Hanbok dan telah memperbaharui modelnya untuk lebih mencocoki lingkungan kerja modern.
|
Pada masa lalu di
Korea festival adalah peringatan hari keagamaan yang megah. Bahkan
sebelum masa Tiga
Kerajaan, festival ucapan syukur hasil panen dirayakan secara resmi pada beberapa
kerajaan kecil. Festival-festival ini termasuk yeonggo (gendang pemanggil dewa) dari Buyeo, Dongmaeng (pemujaan penatua pendiri) dari Goguryeo, dan Mucheon (Tarian
Surga) dari Dongye. Biasanya, festival dilaksanakan pada bulan ke sepuluh, berdasarkan kalender
bulan (lunar calendar), sesudah
selesainya panen.Tradisi menikmati panen musim gugur dan penyambutan tahun baru yang
meriah terus berlangsung sampai kerajaan dan dinasti selanjutnya dengan masing-masing membuat modifikasi sendiri-sendiri.
Adapun bangsa Korea
tergolong ras kulit kuning (mongoloid). Kombinasi populasi suku bangsanya yaitu
yang paling homogen di dunia, yakni bangsa Korea Selatan, yang mencapai 1 juta
orang. Populasi warga asing di Korea terbesar yaitu etnis Tionghoa (sampai
Agustus 2007 mencapai 440 ribu jiwa) selanjutnya orang Jepang, warga Asia
Tenggara, Asia Selatan, Asia Tengah dan sebagainya, sejumlah kecil komunitas
Jepang dan Tionghoa tinggal di Korea Utara.
Terdapat semakin dari 6
juta warga Korea diseluruh dunia pada tahun 2005, mereka beberapa besar telah
diproduksi menjadi warga negara tetap yang bersangkutan karena imigrasi yang
sejak lama, misalnya seperti waga Korea di Republik Rakyat Cina (Chaoxianzu),
Amerika Serikat (Korea-Amerika), Jepang (Zainichi Kankoku), Jerman
(Korea-Jerman), Rusia dan Asia Tengah (Koryo Saram), Brazil (Korea-Brazil dan
sebagainya.
Berbagai warga Korea
telah tersebar kemana-mana, misalnya adanya kombinasi populasi suku bangsa
yaitu yang paling homogen atau banyak di dunia yakni bangsa Korea Selatan, yang
mencapai 1 juta orang, tidak hanya Korea yang menyebar luas ke wilayah lain
tetapi warga asing juga banyak yang tiggal di Korea seperti etnis Tionghoa,
kombinasi populasi ini terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara
keduanya.
Hubungan antara Korea
dengan yang lainnya ini tidak lepas dengan yang namanya bahasa, bahasa resmi
Korea Utara dan Selatan yaitu Bahasa Korea, Klasifikasi genealogis bahasa Korea
masih diperdebatkan, dua bagian golongan ilmuwan yang berlainan pendapat
mencetuskan bahasa Korea termasuk bahasa rumpun Altai-Tungusik, dan yang
lainnya yaitu bahasa Isolat yakni tercipta karena meminjam penggunaan bahasa
lain. Namun beberapa besar memasukkan bahasa Korea ke dalam rumpun bahasa
Altai-Tungusik dan Jepang.
Bahasa Korea memiliki
morfoligi yang agguluginatif dengan tata bahasa (syntax) yang serupa dengan
bahasa Jepang, yakni SOV (Subject + Object + Verb). Seperti bahasa Jepang dan
Vietnam, bahasa Korea sangat banyak meminjam kosakata dari bahasa Tionghoa yang
tidak berkaitan, bahasa Korea modern ditulis dengan abjad Hangeul yang diproduksi pada 100 tahun ke-15 oleh
Raja Sejong. (Putro :2010)
Bukan hanya bahasa,
Korea juga mempunyai sastra yang ditulis sejak 100 tahun Tiga Kerajaan disebut
sastra klasik yang pada masa itu ditulis dalam aksara Cina (hanja). Sastrawan
Korea menulis puisi, cerita dan syair dalam gaya Tionghoa klasik namun
mengembang dengan pemikiran dan rasa Korea. Sastra klasik Korea dipengaruhi
unsur-unsur Budhisme, Konfusianisme dan Taoisme, namun akarnya tetap kuat pada
kepercayaan tradisional dan cerita-cerita rakyat aslinya. Wujud pertunjukkan
sajak opera tradisional yang paling terkenal yaitu pansori. Sastra modern
mengembangkan pesat dengan munculnya Hangeul yang membantu meningkatkan melek
huruf rakyat kebanyakan. Namun sastra memakai abjad hanging baru popular aejak
100 tahun ke-19, beberapa 100 tahun setelah penemuannya. Novel pada 100 tahun
itu yang ditulis Hangunl yaitu sinsoseol (novel baru).
Dalam teks kuno
Tiongkok, negeri Korea dijuluki Sungai
dan pegunungan yang disulam di atas sutera atau Negeri Timur yang bersatu.
Selama berabad-abad, Korea menjalin hubungan dengan Tiongkok dalam bermacam
bagian. Korea dikenal di dunia barat melalui pedagang-pedagang Arab yang pergi
ke Tiongkok lewat jalur sutera. Para pedagang Arab pada tahun 845 M (zaman
Silla bersatu) menuliskan Di tidak jauh
Tiongkok ada negeri yang berlimpah emas bernama Silla yang mempesonakan
mereka.
Korea memiliki corak
adat istiadat yang beragam yang berasal dari akar asli yang dibentuk dalam
bermacam kesenian dari tarian. Adat istiadat Tionghoa yang diimpor selama
berabad-abad ikut memerankan membentuk sistem sosial dan norma berdasarkan
Konfusianisme, Buddhisme dan Taoisme.
Berbeda dengan beberapa kebudayaan di mana
hanya
satu agama
yang dominan, kebudayaan Korea memiliki berbagai ragam unsur agama yang telah membentuk cara berpikir dan tindakan mereka. Pada masa awal sejarah Korea, fungsi agama dan politik digabungkan, tetapi
kemudian menjadi terpisah.
Dalam
sejarah, orang Korea hidup di bawah pengaruh Shamanisme, Buddhisme, Taoisme atau Konfusianisme, dan di jaman modern, kepercayaan Kristen telah menembus
negara ini dengan kuat, membawa satu faktor penting
lain
yang mungkin mengubah dunia rohani orang Korea.
Perkembangan industrialisasi yang pesat
yang terjadi dalam beberapa dekade dibandingkan dengan beberapa abad di Barat, telah menimbulkan kegelisahan
dan rasa terasing yang merusak ketentraman
jiwa
orang Korea, sehingga mendorong mereka untuk memperdalam kegiatan keagamaan. Hal ini
menyebabkan meningkatnya
jumlah penganut agama yang mencolok, dan munculnya institusi-institusi agama sebagai organisasi sosial
yang berpengaruh.
Kebebasan agama dijamin
oleh Undang-Undang
Dasar Korea oleh biksu bernama Sundo yang datang dari Dinasti Qian Qin di China. Pada tahun 384, biksu Malananda membawa
agama Budha ke Baekje dari bagian timur Jin di China. Pada saat Silla, agama Budha disebarkan
oleh
biksu Ado dari Goguryeo pada pertengahan abad lima. Agama Budha sepertinya didukung dengan baik oleh orang-orang yang memerintah pada jaman Tiga Kerajaan dikarenakan Budha cocok sebagai penopang
spiritual dalam struktur pemerintahan.
Berdasarkan survei statistik sosial tahun 2005, 53,1% dari orang Korea menganut agama. Dari jumlah tersebut penganut agama Budha 43% dari jumlah populasi yang beragama, diikuti oleh Protestan
34,5%, dan Katolik 20,6% yang dibawa oleh misionaris Eropa menejelang
kesudahan periode Joseon dan pada 100 tahun ke-20 meningkat pesat, Agama Islam yang baru dikenalkan di Korea sejak perang
Korea oleh tentara Turki, memiliki pengikut di Korea. Meskipun begitu, 46,5%
sebanyak populasi Korea tidak mengikuti suatu kepercayaan tertentu.( Yang
Seung-yoon : 2012)
Agama Budha adalah agama dengan filosofi
disiplin tinggi yang menekankan keselamatan
pribadi melalui kelahiran kembali dalam siklus reinkarnasi yang tak berakhir.
Buddhisme berada ke Korea melewati pemikiran dari India lewat Cina menjadi
bentuk yang khusus. Tiga kerajaan lalu memperkenalkan agama Buddha ke Jepang,
aliran Buddhisme Korea sebagian besar menganut sekte Seon. Sedangkan ritual dan
tradisi Shamanisme telah dipraktikkan di Korea selama ribuan tahun, sepanjang
sejarah Korea, kepercayaan shanimisme telah dipengaruhi oleh agama Budha dan
Tao secara mendalam. Walaupun kepercayaan ini tidak lagi banyak pengikutnya
seperti dahulu, praktiknya tetap hidup.
Agama Budha dikenalkan di Korea pada 372 Masehi selama masa Kerajaan Goguryeo oleh biksu bernama Sundo yang datang dari Dinasti Qian Qin di China. Pada tahun 384, biksu Malananda membawa
agama Budha ke Baekje dari bagian timur Jin di China. Pada saat Silla, agama Budha disebarkan
oleh
biksu Ado dari Goguryeo pada pertengahan abad lima. Agama Budha sepertinya didukung dengan baik oleh orang-orang yang memerintah pada jaman Tiga Kerajaan dikarenakan Budha cocok sebagai penopang
spiritual dalam struktur pemerintahan,
dengan Budha,
sama seperti raja, berperan sebagai simbol
kekuasaan yang dimuliakan.
Di bawah perlindungan
raja. Banyak kuil dan biara dibangun dan penganutnya bertumbuh dengan cepat.
Pada abad ke-6 biksu dan para seniman, dengan membawa kitab suci dan
benda-benda suci agama Budha, bermigrasi ke Jepang untuk membentuk dasar awal
budaya agama Budha di sana. Pada saat Silla mempersatukan semenanjung pada 676,
agama Budha dijadikan sebagai agama Negara, meskipun system pemerintahan
mengikuti garis Konfusianisme.
Pada masa ini
kecenderungan kerajaan kepadaagama Budha menghasilkan perkembangan pesat
kesenian dan arsitektur kuil agama Budha, termasuk kuil Bulguksa dan
peninggalan masa lampau lainnya di Gyeongju, ibukota Silla, teteapi para kaum
bangsawan tenggelam dalam kehidupan mewah sehingga agama Budha sebagai agama
Negara mulai
mundur. Agama Budha kemudian mendirikan sekte Seon (Zen) untuk berkonsentrasi pada pencarian kebenaran universal
melalui kehidupan yang sederhana.
Penguasa selanjutnya dari Dinasti Goryeo bahkan lebih antusias dalam dukungannya terhadap agama ini. Selama masa pemerintahan Goryeo, seni dan arsitektur Budha
terus berkembang dan mendapat dukungan yang tiada batas dari para bangsawan. Pada masa inilah dibuat Tripitaka Koreana. Pada saat Yi Seong-gye, pendiri dari Dinasti Joseon mengadakan
perlawanan dan memproklamasikan dirinya sebagai raja pada tahun
1392, dia berusaha untuk menghilangkan pengaruh agama Budha
dari pemerintahan
dan menjadikan Konfusianisme sebagai pedoman
dalam
manajemen pemerintahan dan pedoman
etika moral. Selama 500 tahun pemerintahan Joseon, setiap usaha untuk menghidupkan kembali agama Budha mendapat perlawanan kuat dari
para
aparat pemerintahan dan cendikiawan penganut Konfusianisme.
Ketika Jepang dengan paksa mengambil
alih Joseon
pada tahun 1910, Jepang berusaha untuk mengasimilasikan sekte agama Budha Korea dengan yang ada di Jepang. Tetapi usaha ini gagal, dan bahkan menghasilkan keinginan kebangunan rohani dalam agama Budha asli
di antara orang Korea. Beberapa dekade belakangan ini
agama Budha lahir kembali dengan berusaha
untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan pada masyarakat modern.
Sementara kebanyakan biksu
tetap berada di daerah pegunungan, tenggelam dalam meditasi dan pengendalian disiplin diri, beberapa turun ke kota untuk menyebarkan agama Budha. Banyak para biksu melakukan penelitian agama pada universitas-universitas baik di dalam maupun
di luar negeri. Seon (agama Budha Korea yang berpusat pada
meditasi) telah berkembang pesat dengan banyak pengikut orang asing mengikuti jejak langkah biksu Korea melalui pelatihan di Kuil Songgwangsa
di propinsi Jeollanam-do dan pusat Seon baik di Seoul
maupun di luar kota.
Sedangkangkan
Konfusianisme didirikan oleh Konghucu (Confucius)
pada abad ke-6 Sebelum Masehi, Konfusianisme lebih
condong kepada etika moral dibandingkan kepercayaan agama. Konfusianisme adalah sistem ajaran etika - kebajikan, kebenaran, kesopanan
dan kepemimpinan yang bijaksana
- dirancang untuk menginspirasi
dan mempertahankan pengaturan keluarga dan masyarakat yang benar. Masih saja Konfusianisme dapat dianggap sebagai agama tanpa Tuhan
sebab seiring dengan berlalunya waktu, para pengikut telah menganggap suci pendiri agama ini dan dengan taat mengikuti disiplin-disiplin prinsip sistemnya.
Konfusianisme diperkenalkan bersamaan dengan naskah-naskah tulisan
budaya China awal pada permulaan era kekristenan. Tiga Kerajaan Goguryeo, Baekje dan Silla meninggalkan rekaman yang menunjukkan
keberadaan awal dari pengaruh Konfusianisme. Di Goguryeo, universitas negeri yang disebut Taehak didirikan pada tahun 372 dan institusi
pendidikan swasta Konfusianisme.
Tradisi Konfusianisme
mendominasi kepercayaan dan pemikiran bangsa Korea, Konfusianisme sendiri
adalah bagian fundamental (pembangun) dalam masyarakat Korea yang membentuk
sistem moral, hubungan sosial antara orang tua dan kaum muda, dan bahkan
bertahan dalam moderenisasi hukum di Korea. Konfusianisme ini termasuk yang
diperkenalkan oleh Cina. Bukan hanya Konfusianisme, beberapa kepercayaan juga
ada di Korea seperti Buddhieme, Taoisme dan Shamanisme. Agama budha menjadi
agama resmi Tiga Kerajaan (57 SM- 935 M). (Cahyo:2017)
Jadi Agama
Konfusianisme dan Agama Budha telah berkembang di Korea sejak beerabad lampau.
Agama Konfusianisme sangat mengandung unsur-unsur filsafat pemikiran, politik,
dan kebudayaan yang berakar dan berpengaruh ke dalam pembentukan etika dan
identitas bangsa Korea. Agama Budha juga berperan dalam pembentukan dasar-dasar
identitas dan kebudayaan Korea. Selain Agama Kristen, Islam dan Katholik, agama
setempat atau shanimisme juga tetap dipeluk sebagian masyarakat.
B. Kerajaan-kerajaan Korea Klasik
1.
Kerajaan
Gojoseon
Gojoseon atau Joseon Kuno (2333 - 108 SM) yaitu kerajaan Korea yang pertama. Berdasarkan Dongguk Tonggam, catatan
sejarah Joseon yang
dikompilasikan pada tahun 1485, menuliskan Dangun membangun
Joseon bertepatan dengan tahun ke-50 masa pemerintahan Kaisar Yao di zaman Cina
kuno (memerintah selang 2357 SM - 2256 SM).
Menurut
Yukhoon ( 2007 ) Joseon dibangun pada tahun 2333 SM oleh Dangun. Dangun sendiri, sang pendiri Joseon Kuno, kelahiran dari pasangan Hwanung, putra dewa
dan Ungnyeo, seekor beruang yang berubah
menjadi manusia. Dangun memimpin Gojoseon lebih dari 1000 tahun lamanya.
Dangun sendiri merupakan pendiri Kerajaan
Gojoseon atau bisa juga sebagai raja pertama bangsa Korea. Wilayah yang Dangun kuasai pada masa pemerintahannya meliputi Liaoning, Manchuria dan Semenanjung Korea. Masyarakat Gojoseon sendiri disebut
sebagai nenek moyang orang Korea yang pertama
dalam catatan sejarah. Gojoseon sebenarnya terletak di Liaoning,
tetapi sekitar tahun 400 SM memindahkan ibukotanya ke Pyongyang yang
sekarang adalah ibukota dari Korea Utara.
Yukhoon
( 2007 ) menjelaskan bahwa para arkeolog menemukan sejumlah agung artefak dan
situs tempat tinggal suku Yemaek di wilayah utara Semenanjung Korea. Suku
Yemaek mengusahakan pertanian sejak tahun 4000 SM. Noda satu temuan terkenal
yaitu palawija setengah
terbakar yang ditemukan di Pyeongyang, ibukota terakhir Joseon Kuno.
Perkembangan
pertanian dan permukiman di Semenanjung Korea dan Manchuria diperkirakan
menyebabkan penyatuan kelompok-kelompok suku, yang berjalan seiring dengan
pengenalan teknik membuat peralatan perunggu selang tahun
2000 SM - 1500 SM. Pada masa ini juga
masyarakat Gojoseon sudah mengenal dengan peralatan
seperti pisau belati perunggu (bronze
daggers), kaca, persenjataan serta
pembuatan kota yang berdinding. Masyarakatnya juga telah membudidayakan padi, kacang merah, kacang
kedelai dan gandum.
Lalu mereka juga sudah dapat membuat
rumah-rumah yang berbentuk persegi panjang dan membangun dolmen untuk tempat
penguburan jenazah. Sehingga
adanya perkembangan dalam pembangunan ini, Gojoseon
berubah dari pemukiman bertembok (walled cities) yang bersifat feodal menjadi
sebuah kerajaan sebelum abad ke 4 SM.
Yukhoon
( 2007 ) menjelaskan tentang kedatangannya Joseon menjadi daya utama di wilayah Manchuria
mengakibatkan perselisihan dengan Dinasti Han yang
telah menyatukan Cina menjadi kekaisaran agung. Joseon diinvasi oleh sebanyak
5000 pasukan Han dan ibukota yang ditempatinya. Dinasti Han membangun 4 koloni di wilayah Joseon, namun hanya bisa
mengendalikan wilayah terbatas di ibukota dan sekitarnya.
Gojoseon
mengalami perpecahan tahun 300 SM dan secara perlahan kehilangan kendali atas
wilayah teritorinya. Sehingga mengakibatkan mengembangnya daya lokal yang
membuat negara independen melalui perlawanan terhadap koloni Han. Situasi
politik baru yang mengembang di Manchuria dan Semenanjung Korea dipermulaan
tahun ke-1 SM,dianggap para sejarawan menjadi Periode Jumlah Negara, dimana wilayah utama terpecah menjadi
negara-negara kecil seperti
Buyeo, Okjeo, Dongye, Guda-guk, Galsa-guk, Gaema-guk, dan Hangin-guk. Sedangkan
kerajaan besar Goguryeo dan Baekje berasal
dari Buyeo.
Tanggal
pendirian Joseon Kuno masih menjadi perdebatan di selang sejarawan di Korea dan
negara-negara tetangga. Terlepas dari perdebatan yang terjadi, masyarakat
Korea selalu menyelenggarakan
hari ke-3 bulan Oktober menjadi Hari
Pendirian Nasional atau Gaecheonjeol yang
bermakna "festival pembukaan surga". Hari libur nasional ini
memperingati berdirinya sebuah kerajaan, negara pertama bangsa Korea.
2.
Kerajaan Goguryeo
Setelah kehancuran Gojoseon,
Buyo berkembang di Korea Utara saat ini dan sebelah selatan Manchuria,
dari abad ke 2 SM sampai tahun 494 M. Sisa-sisa wilayah Gojoseon diserap
oleh Goguryeo,
dan keduanya ( Kerajaan Goguryeo dan Baekje ) menganggap masing-masing sebagai
penerus dari Gojoseon. Goguryeo
ini merupakan
sebuah kerajaan kuno yang menduduki wilayah Manchuria dan sebelah
utara Semenanjung Korea.
Goguryeo termasuk ke dalam Tiga Kerajaan Korea bersama
Kerajaan Baekje dan Silla. Goguryeo adalah kerajaan yang terbesar.
Jumong
adalah pendiri Kerajaan Goguryeo, dia juga asalnya seorang pangeran dari
Kerajaan Buyoe Timur ( salah satu negara hasil dari jatuhnya Gojoseon )
mengungsi setelah terjadinya perebutan dengan pangeran lain di kerajaan itu.
Gogeryeo ini didirikan di sebuah kawasan bernama Jolbon Buyeo. Diperkirakan
sekarang bertempat di tengah lembah Sungai Yalu dan
Tung-chia di perbatasan Korea Utara dan Manchuria.
Dalam
Prasasti Gwanggaeto, menjelaskan alasan Jumong melarikan diri dari kerajaan
sebelumnya. Konon, Jumong sangat berbakat, terutama dalam memanah dan berkuda
sehingga berproduksi putra mahkota cemburu. Putra mahkota berencana membunuh
Jumong dan kala mengenali rencana itu Jumong melarikan diri dari istana.
Ciri
khusus dari masyarakat Goguryeo adalah memiliki sifat yang kuat dan keras,
serta menjunjung tinggi kekuatan fisiknya ( Nur Aini, 2003: 11 ). Hal tersebut sesuai dengan kenyataannya bahwa
Goguryeo dikenal sebagai kerajaan yang mempunyai militer yang sangat kuat,
terutama pada masa keemasan di pemerintahan Raja Gwanggaeto yang Agung.
Goguryeo tercatat mempunyai tentara berkuda yang jumlah, pemanah yang handal
dan tentara yang memakai helm, baju besi dan pisau pada sepatunya.
Permulaannya
Goguryeo terbentuk dari sekelompok suku yang bernama Yemaek sebagai sebuah
kerajaan dan secara cepat memperluas wilayah mereka. Goguryeo terkenal suka
menyerbu tetangga mereka bagi memperluas wilayah kekuasaannya sehingga
seringkali ditakuti.
Pada
masa pemerintahan Raja Taejo, beberapa kelompok suku digabungkan kedalam 5
wilayah dibawah kuasa Goguryeo. Suku yang Goguryeo tundukkan meliputi suku
Okjeo, suku Dongye, dan berbagai suku di Manchuria dan Korea seelah utara.
Gogeryo dikenal sebagai kerajaan yang tidak segan untuk menyerang wilayah
lainnya seperti Distrik Lelang, Xuantu dan Liaodong yang merupakan wilayah Dinasti Han.
Wilayah
Dinasti Han ini jatuh ketika terjadinya perang antara Goguryeo dan Dinasti Wei.
Perang ini dilatar belakangi oleh Liaodong jatuh ketangan Wei. Sehingga
Goguryeo menyerang balik Liaodong dan Wei, perang pun terulang kembali.
Goguryeo mengalami kekalahannya dan rajanya melarikan diri ke Kerajaan Okjeo.
Melemahnya
Goguryeo dimanfaatkan suku barbar menyerang perbatasan Goguryeo di sebelah
utara tahun 550. Pada tahun 551 gabungan Silla dan Baekje mulai menyerang Goguryeo.
Lalu mereka menduduki lembah Sungai Han yang
subur.
Kekalahan
mulai dirasakan Goguryeo. Pasukan Dinasti Tang lewat sukses merebut
ibukota Pyongyang.
Sementara itu dari arah selatan, Jenderal Silla, Kim Yu-shin,
juga menyerang dan sukses menaklukkan pemimpin perang Goguryeo. Tahun 668, raja
terakhir Goguryeo, Raja Bojang sukses ditawan oleh pasukan Dinasti Tang, dan
menandai runtuhnya kerajaan yang memang sudah lemah karena bencana kelaparan
dan pemberontakan internal itu.
Beberapa
kebijakan-kebijakan pada masa Raja Taejo menjabat selamat menjadi raja Goguryeo
sebagai berikut:
·
Kebijakan pertamanya sebagai raja adalah
melarang anggota keluarga kerajaan ataupun pembesar kerajaan memiliki pasukan
keamanan bersenjata sendiri. Dia membangun monarki absolut dimana semua militer
dan kebijakan di bawah kendali raja.
·
Tindakan King Taejong selanjutnya adalah
merevisi undang-undang yang ada mengenai pajak kepemilikan tanah dan pencatatan
keadaan subjek. Dengan ditemukannya tanah tersembunyi, pendapatan nasional
meningkat dua kali lipat.
·
Dia memberikan kesempatan kepada rakyat biasa,
ketika mereka punya masalah, bisa datang ke istana dan berkonsultasi dengan
King Taejong. Dia mendirikan Kantor Sinmun untuk mendengar
kasus-kasus orang yang merasa dirugikan atau diperlakukan secara tidak adil
oleh pejabat pemerintah atau bangsawan.
·
Untuk mendukung kekuasaannya, King Taejong
mengeksekusi atau mengasingkan banyak pendukungnya yang membantunya naik tahta
untuk memperkuat otoritas kerajaan. Bahkan ia juga membunuh keempat saudara
laki-lakinya dan ayah mertuanya. Ia menjadi tokoh kontroversial yang membunuh
banyak saingan dan kerabatnya untuk mendapatkan kekuasaan.
·
Apapun yang dilaksanakan, baik ataupun buruk,
ia telah meletakkan dasar yang kuat untuk pemerintahan penerusnya yaitu King
Sejong the Great.
3.
Silla/Shilla
Kerajaan Silla berdiri karena
bergabungnya beberapa suku yang tergabung dalam Jinhan Confederacy tahun 57 SM.
Nama Silla ini ditetapkan pada zaman raja Ji-jeung, yaitu raja Silla ke-22.
Silla berhasil membangun landasan untuk penyatuan ke-3 negara masa depan
melalui hubungannya dengan negara sekitarnya yang berlandaskan perabadan besi,
yakni kerajaan Kugoryo dan Parhae.
Silla
berkembang cepat dan menguasai wilayah lembah sungai Han dan menyatukan
berbagai wilayah kecil. Pada abad ke 2, Silla mulai tumbuh menjadi kerajaan
yang kuat dan sering terlibat perang dengan Baekje, Goguryeo dan Jepang.
Pada
tahun 660 Raja Silla, Muyeol,
menundukkan Baekje bersama Jenderal Kim Yushin yang
dibantu pasukan dari Dinasti Tang.
Pada tahun 661 Silla dan Tang menyerbu Goguryeo, namun dapat ditangkis. Raja
Muyeol melakukan serangan lagi tahun 667 dan Goguryeo ditaklukkan pada tahun
berikutnya.
Lalu
hubungan Silla dengan Jepang mengalami perubahan mengikuti hilangnya pengaruh
Jepang sepanjang semenanjung, kemudian Jepang melakukan penyerbuan terhadap
Silla tahun 746. Silla pun membalas serangan
dengan menyerbu Tsushima dan pantai-pantai Jepang.
Namun
di tahun 803 terjadi perjanjian persahabatan diantara keduanya. Alasannya bagi
Jepang adalah untuk mengontrol jalur perdagangan ke China, kegarangan Silla di
pantai Korea juga mencemaskan pihak Jepang. Bangsawan -bangsawan Silla dikirim
ke China sebagai sandera, pelajar dan biarawan berduyun-duyun datang dari Silla
ke Ch’ang-an yang mengakibatkan ledakan kemajuan kebudayaan.
Kerajaan Silla ini merupakan
kerajaan yang dapat membawa dampak dalam pencapaian ilmu pengetahuan dan juga
budaya –
budaya yanga besar bagi Korea sendiri ( Li Shi Guang, 2014 : 1 ). Berdasarkan
pernyataan tersebut, Silla memang dikenal sebagai kerajaan yang membawa dampak
yang begitu besar bagi Korea dalam bidang pendidikan dan keseniannya.
Dalam
Pendidikan, Silla membentuk sebuah barisan kelompok yang bernama Hwa Rang. Hwa
Rang ini sebagai institusi yang menjalankan fungsi pendidikan dan latihan serta
rekrutmen sumber daya manusia kerajaan. Secara harfiah, ‘Hwa Rang’ berarti
‘bunganya anak laki-laki.’ Maksudnya adalah anak muda yang paling tampan dan
disegani yang dipilih sebagai pemimpin atas kelompoknya. Mereka melatih pikiran
dan mengembangkan kepribadian bersamaan dengan latih jasmani berkeliling
gunung-gunung dan sungai-sungai.
Sebuah
organisasi di Kerajaan Silla yang mempersiapkan elit untuk melaksanakan
tugas-tugas kenegaraan. Karakteristik dari pendidikam elit tersebut adalah
mengajarkan agama ( Khonghucu dan Buddha ) dan membawanya ke dalam keharmonisan
( Zaenal dan Cahyo, 2017: 142 ).
Tidak
hanya tentang berlatih fisik tapi juga ada banyak biksu termasyhur yang
mempunyai kedekatan hubungan dengan para pemimpin Hwa Rang, mereka memberikan
ajaran dan nasihat serta bentuk bantuan yang lain. Sehingga pada saat Silla
mulai menghadapi kesulitan karena serangan Koguryo dan Parhae. Para pemuda Hwa
Rang harus menjadi pelopor untuk peperangan.
Namun
ada masanya Silla tidak ada peperangan sehingga praktis Hwa Rang mulai
kehilangan dasar eksistensinya. Karenanya Hwa Rang lalu berubah menjadi
kelompok persahabatan anak-anak muda kalangan bangsawan yang lebih menggemari
merangkai syair dan lagu daripada berlatih memanah atau bermain pedang.
Akademi Nasional menyediakan struktur formal
untuk pembangunan Konfusionisme. Terdapat 3 tingkat dalam belajar, pertama
adalah teks klasik kesalehan anak-anak dan sebagian dari “kitab upacara”, kedua
adalah sejarah, ketiga adalah text: Wen Hsuan (Antologi sastra), Tso chuan, dan
seluruh bagian buku upacara.
Pada tahun 788 ujian masuk pemerintah untuk
pertamakalinya diadakan, ujian ini membentuk struktur baru dalam masyarakat
Silla. Konfusionisme mengandung 5 ide dasar pemerintahan yang tersentral pada
hubungan manusia satu sama lain. Lima prinsip itu adalah hubungan penguasa dan
yang dikuasai, ayah dan anak, suami dan istri, persaudaraan dan persahabatan.
Kesatuan menjadi keutamaan dalam masyarakat Korea. Tradisi konfusionisme dan
budha yang bertambah pesat pada periode akhir Silla ini, telah menjadi sektor
religi yang dominan dan mengharmoniskan sektor birokratis selama hampir
setengah milenium.
Adapun
keseniannya, bermula pada adanya Budhisme. Budhisme merupakan tradisi terbesar
masyarakat Korea. Bagi masyarakat Silla, Budhisme membawa
pandangan baru mengenai manusia dan alam semesta. Silla juga merupakan kerajaan
kuno yang membangun kebudayaan bangsa Korea melalui penyatuan kebudayaan antara
Koguryo dan Parhae. Ditandai oleh berbagai karya budaya yang luar biasa dalam
sejarah Korea, seperti lonceng Emile, Seok Gul Am dan Kuil Bulguk.
Masakan
kuil mengecualikan daging karena pengaruh agama Budha sangat populer. Agama
Budha sangat berkembang di Silla dan minum teh menjadi salah satu cara latihan
kecermatan jiwa, ini menjadi budaya orang Silla. Peralatan kesenian dari kayu
perlahan menghilang, akibat kebakaran tidak disengaja dan juga dibakar oleh
musuh.
Namun kesenian mengganti mediumnya dengan besi
dan logam-logam lain. Dalam kalangan rakyat jelata, ada satu kebudayaan masyarakat
yang “unik”. Orang Silla membuat To Woo laki-laki dengan membesarkan alat
kelamin sebesar badan, lengan dan kaki serta membesarkan alat kelamin wanita
atau payudara. Hal ini memberi makna pada kemakmuran keturunan dan panen yang
cukup.
BAB III
KESIMPULAN
Istilah Korea dipakai
pertama kali oleh Percival Lowell (1855-1916), seorang penulis, petualang dan
astronom Amerika yang mengunjungi Korea sekitar 100 tahun yang lalu, nama
tersebut yaitu interpretasi literal dari kata Choson, nama negara yang dia
kunjungi dikesudahan 100 tahun ke-19. Lowell menganggap nama tersebut cocok
untuk kerajaan yang tertutup terhadap dunia luar tersebut. Korea pada masa itu
tidak dikenal di dunia barat, namun pada masa sebelumnya, Dinasti Goryeo telah
dikenal oleh dunia barat dan dari negara itulah kata Korea berasal.
Korea terletak di
Semenanjung Korea di Asia Timur laut, di barat lautnya Korea dipisahkan Sungai Amnok (Yalu) dengan
Republik Rakyat Cina, Sungai Duman di timur lautnya memisahkan Korea dengan
Rusia dan RRT. Beberapa pulau-pulau penting antara lain Jeju, Ganghwa, Ulleng,
Dokdo, Jindo, Geojo, dan sebagainya.
Pada jaman Korea
klasik, ada beberapa kerjaan pada jaman Korea klasik sampai sekarang masih
dikenal, diantaranya yaitu ada Gojoseon, Gogureyo dan Silla. Kerajaan ini
merupakan kerajaan terbesar pada jaman Korea klasik.
Kerajaan Gojoseon yang
merupakan kerajaan pertama yang berdiri di Korea pada masa itu. Dan masyarakat
kerajaan Gojoseon ini dianggap sebagai nenek moyang pertama Korea. Masyarakat Gojoseon
sudah mengenal dengan peralatan seperti pisau belati perunggu (bronze
daggers), kaca, persenjataan serta
pembuatan kota yang berdinding. Masyarakatnya juga telah membudidayakan padi, kacang merah, kacang kedelai dan gandum.
Kerajaan Goguryeo
merupakan kerajaan yang memiliki ciri
khusus yaitu mereka memiliki sifat yang kuat dan keras, serta menjunjung tinggi
kekuatan fisiknya. Sehingga kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang mempunyai
militer yang sangat kuat.
Kerajaan Silla
merupakan kerajaan yang dapat merebut kekuasaa kerajaan Gojoseon, Goguryeo dan
Jepang. Bukan hanya sering menyerang ke
wilayah lainnya, namun Silla melahirkan ilmu pengetahuan dan budaya masih ada
sampai sekarang.
Daftar pustaka
Gajah mada
university.2003. sejarah Korea sejak awal abad hingga masa kontemporer.
[internet]. Tersedia di: http://.kbs..co.kr/imdonesian/korea/korea
abouthistory.htm.diakses tanggal 02 Mei 2012.
Putro .2010. Pusat Kebudayaan Korea, New York. [internet]. Tersedia di:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital20160990-RB15L114-Warisan%budaya.pdf
Cahyo.2017. sejarah korea. [internet].
Tersedia di: http://www,korea.net/koreanet/fileDownload?gile Url=pdfdata/2016/12/FactsAboutKorea(1611logomod)_id_1223.pdf
Yang seungyoon. 2012.
Korea dulu dan sekarang. [internet]. Tersedia di:
http://www,korea.net/koreanet/fileDownload?fileUrl=/cntent/PDF/general/2012_facts_indonesia_.pdf
Li Shi Guang. 2014.
Korea.ology. Penerbitan ANDI Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar