Perdagangan jalur darat dan Laut

JALUR DARAT DAN LAUT


Perdagangan dimulai sejak VOC dan Portugis bahkan berabad abad sebelumnya, baik perdagangan darat dan laut. Salah satu ciri yang mencolok dari pergangan tersebut adalah ada 2 propesi yaitu kaum bangsawan dan pedagang. Kaum bangsawan (political entrepreneur) untuk memberikan modal sedangkan kaum pedagang menjajakannya (peddler).
Dengan demikian bahwa ada interaksi antara orang Eropa dengan para bangsawan. Perusahaan- perusahaan Eropa yaitu EI (portugis), EIC (Inggris) dan VOC (Belanda).Jalur jalur perdagangan mengikat pelabuhan Timur Tengah dan Asia.

 Jalur darat di kenal dengan jalur sutra yang berawal dari Chang An (ibu kota China),stepa asia tengah, dan laut Kaspia, lalu ke Mesopotamia dan Persia. Alat angkutnya adalah unta. Jalur sutra berakhir di pantai barat laut tengah, antara lain Antiocha. Komoditas sutra dan rempah rempah di teruskan ke laut tengah seperti Genoa dan Venesia. Kemudian di teruskan pedagang barat ke Eropa.

Jalur darat perdagangan asia kuno


jalur laut



Jalur laut dipengaruhi oleh angin musim. Adanya perdagangan jalur laut tersebut menyebabkan adanya Emporium (pasar) yang penting yakni Malaka. Tapi perjalanan lewat laut ini berbahaya karna bisa tertimpa gelombang tinggi atau disita bajak laut. Karna itu komoditas laut membawa sutra (China), cengkih dan pala (Maluku), dan lada (Banten). Orang timur tengah menyebut cengkih dengan sebutan mawar hitam, Pasar yang paling terkenal adalah Istanbul.  Tapi mulai menyusut sesudah Portugis menemukan pelabuhan Tanjung Harapan.
Rata-rata di pelabuhan tersebut menganut agama islam. Seperti di Kalikut.Agama islam menyebar setelah Ceng He mendapat izin Malaka sejak Parameswara mengizinkannya. Ceng He ini adalah laksamana Kaisar Zhu Di atau Yung Le (1402-1424) dari dinasti Ming yang bertugas memimpin armada China untuk berdagang di samudra Hindia.  Bahkan ada yang menyebut bahwa armada cheng He ini ada yang berlayar sampai Eropa. Malaka ini menjadi pusat perdagangan Cheng He dari tahun 1405-1430an.

Sementara itu menurut Ricklefs (2013: 165) waktu itu Ayutthaya juga ingin jadi pusat perdagangan dunia, tidak ingin ada pesaing baru yang berdiri di selat Malaka. Untuk menghadapi ancaman Ayutthaya, maka Parameswara meminta perlindungan pada dinasti Ming. Maka dinasti Ming mengirim Cheng Ho ke Malaka sejak 1405-1433 M.

Sumber:::

Poesponegoro, M D & Notosusanto, Nugorho (2008) Sejarah Nasional Indonesia IV.: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Halaman 5-6

Ricklefs, M. C. (2013) Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah Sampai Kontemporer. Jakarta: Komunitas Bambu.

Komentar